Page 129 - Berita Omnibus Law Cipta Kerja 17-18 Februari 2020
P. 129

Tidak adanya kepastian kerja, lanjut dia, tercermin dari outsourcing dan kerja kontrak seumur hidup
               tanpa  batas.  PHK  bisa  dilakukan  dengan  mudah,  dan  tenaga  kerja  asing  buruh  kasar  yang  tidak
               memiliki keterampilan berpotensi bebas masuk ke Indonesia.
               Kemudian tidak adanya kepastian pendapatan terlihat dari hilangnya upah minimum, tidak ada lagi
               sanksi  pidana  bagi  pengusaha  yang  membayar  upah  di  bawah  upah  minimum,  dan  hilangnya
               pesangon.
               Sementara  itu,  karena  sistem  alih  daya  dan  kerja  kontrak  dibebaskan,  maka  buruh  tidak  lagi
               mendapatkan jaminan sosial, seperti jaminan pensiun, jaminan hari tua, jaminan kesehatan dan yang
               lainnya.
               Selain itu, Iqbal menilai RUU itu terlalu eksploitatif, tenaga kerja asing buruh kasar berpotensi bebas
               masuk ke Indonesia, dan PHK dipermudah.

               Iqbal menjelaskan jika RUU itu tetap dipaksakan disahkan, maka KSPI dan buruh akan menggelar aksi
               besar-besaran  secara  nasional  dan  di  daerah  terus-menerus.  Aksi  besar  akan  dimulai  saat  sidang
               paripurna DPR yang akan membahas Omnibus Law.

               Langkah  hukum  juga  akan  dilakukan,  yaitu  "judicial  review"  formil  UU  tersebut  di  Mahkamah
               Konstitusi  untuk  membatalkan  seluruh  isi  Omnibus  Law  Cipta  Kerja,  "judicial  review"  materiil  di
               Mahkamah Konstitusi terhadap pasal yang merugikan buruh, dan gugatan warga negara "citizen law
               suit" di PN Jakarta Pusat.

               KSPI juga meminta DPR menghapus semua pasal kluster ketenagakerjaan di RUU Cipta Kerja dan
               kembali kepada UU No 13/2003. (antara/jpnn)
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134