Page 28 - Berita Omnibus Law Cipta Kerja 17-18 Februari 2020
P. 28

(1)  Pelanggaran  yang  dilakukan  oleh  pekerja/buruh  karena  kesengajaan  atau  kelalaiannya  dapat
               dikenakan denda.

               (2)  Pengusaha  yang  karena  kesengajaan  atau  kelalaiannya  mengakibatkan  keterlambatan
               pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.

               (3)  Pemerintah  mengatur  pengenaan  denda  kepada  pengusaha  dan/atau  pekerja/buruh,  dalam
               pembayaran upah.
               (4)  Dalam  hal  perusahaan  dinyatakan  pailit  atau  dilikuidasi  berdasarkan  peraturan
               perundangundangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan
               utang yang didahulukan pembayarannya.
               Sementara, di aturan Omnibus Law pasal 95 diubah menjadi:

               (1)  Dalam  hal  perusahaan  dinyatakan  pailit  atau  dilikuidasi  berdasarkan  ketentuan  peraturan
               perundang-undangan,  upah  dan  hak  lainnya yang  belum  diterima  oleh  pekerja/buruh  merupakan
               utang yang didahulukan pembayarannya.

               (2) Upah pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahulukan pembayarannya sebelum
               pembayaran kepada para kreditur pemegang hak jaminan kebendaan.

               (3) Hak lainnya dari pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahulukan pembayarannya
               setelah pembayaran kepada para kreditur pemegang hak jaminan kebendaan.

               "Dampaknya,  pengusaha  akan  semena-mena  dalam  membayar  upah  kepada  buruh,"  ujar  Said
               Iqbal.Said Iqbal menambahkan, ketentuan pesangon pun menjadi sorotan. Salah satunya, nantinya
               pekerja  yang  resign  tidak  lagi  mendapatkan  pesangon  karena  ketentuan  pasal  pada  UU  13/2003
               dihapus pada Omnibus Law.

               Pekerja yang melakukan hal ini, nantinya tidak akan mendapatkan pesangon. Antara lain:
               Ketentuan pesangon dalam Pasal 161 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di PHK
               karena mendapatkan Surat Peringatan Ketiga tidak lagi mendapatkan pesangon.

               Ketentuan  pesangon  dalam  Pasal  162  UU  13/2003  dihapus.  Dengan  demikian,  pekerja  yang
               mengundurkan diri tidak mendapatkan pesangon.

               Ketentuan pesangon dalam Pasal 163 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di PHK
               karena terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan
               tidak lagi mendapatkan pesangon.

               Ketentuan pesangon dalam Pasal 164 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di PHK
               karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus
               selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), tidak lagi mendapatkan pesangon.

               Ketentuan pesangon dalam Pasal 165 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di PHK
               karena perusahaan pailit tidak lagi mendapatkan pesangon.
               Ketentuan pesangon dalam Pasal 166 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang meninggal
               dunia, kepada ahli warisnya tidak lagi diberikan sejumlah uang sebagai pesangon.

               Ketentuan pesangon dalam Pasal 167 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di PHK
               karena memasuki usia pensiun tidak lagi mendapatkan pesangon.

               Ketentuan pesangon dalam Pasal 172 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di PHK
               karena mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja ketika di PHK tidak
               lagi mendapatkan pesangon.
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33