Page 27 - Berita Omnibus Law Cipta Kerja 17-18 Februari 2020
P. 27

Dalam  publikasi  World  Bank  pada  September  2019  dengan  judul  'Global  Economic  Risks  and
               Implications  for  Indonesia',  kunci  dari  pertumbuhan  ekonomi  terletak  pada  seberapa  besar
               Penanaman  Modal  Asing  (PMA).  Persoalan  yang  digarisbawahi  World  Bank  mengenai  masih
               rendahnya  kontribusi  PMA  Indonesia  terhadap  PDB  terletak  pada  regulasi  Indonesia  yang  dinilai
               terlalu rigid sehingga menyebabkan kurang kompetitif di pasar global.

               Maka dari itu, dia menilai dengan adanya rencana penerapan Omnibus Law memiliki nilai strategis
               pada masa mendatang untuk mendorong iklim investasi yang lebih dinamis. Skema Omnibus Law
               diharapkan  menjadi  terobosan  yang  inovatif  dalam  upaya  debirokratisasi  dan  deregulasi  sesuai
               dengan arahan Presiden Jokowi serta menjadi momentum krusial dalam mendobrak laju investasi
               nasional.

               Sebab,  penerapan  Omnibus  Law  akan  dapat  mengarahkan  pada  cipta  lapangan  kerja  yang
               substansinya menciptakan ekosistem investasi yang kondusif untuk penguatan perekonomian dengan
               penciptaan  dan  perluasan  lapangan  kerja,  peningkatan  ekosistem  investasi  dan  kemudahan  serta
               perlindungan UMKM.

               Omnibus Law Ramai Penolakan
               Deputi Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KPSI), Muhammad Rusdi, menyebut pihaknya
               tegas menolak Omnibus Law Cipta Kerja yang diusulkan pemerintah. Dia menilai proses pembahasan
               RUU Omnibus Law yang berlangsung tertutup melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku.
               "Bahasan  RUU  Omnibus  itu  dari  awal  tertutup,  bertentangan  dengan  undang-undang.  KSPI  tidak
               pernah diundang dan tidak pernah diminta pandangan oleh menko perekonomian, masuk ke dalam
               tim yang dibentuk berdasarkan SK Menko Perekonomian No.121 Tahun 2020," tegasnya.
               Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia,  Andi  Gani  mengaku  kecewa  dengan
               pemerintahan Presiden Joko Widodo. Andi menilai UU ini aneh dan terkesan disembunyikan. Andi
               meminta Jokowi untuk melibatkan kaum buruh dalam pembahasannya.
               Tapi, yang terjadi malah Menko Perekonomian Airlangga Hartarto membentuk Satgas Omnibus Law,
               yang ditugaskan untuk merancang UU tersebut, berisi para pengusaha. Andi mengatakan, para buruh
               bergejolak  menanggapi  Omnibus  Law  Cipta  Lapangan  Kerja  karena  ada  kesan  disembunyikan
               pemerintah.
               Anggota Ombudsman RI, Alamsyah Saragih, mengkritik pemerintah yang terkesan tertutup dalam
               membahas Omnibus Law. Alamsyah mengatakan, banyak pihak termasuk akademisi sulit mengakses
               isi Omnibus Law tersebut.
               Menurut Alamsyah, pembahasan Omnibus Law malah dilakukan dengan penerima manfaat yaitu para
               pengusaha dan Kadin. Dia nilai langkah ini berbahaya. "Pembahasan lebih banyak ke dunia pengusaha
               yang kita tahu tidak semua pengusaha itu oke."
               Poin-Poin yang Tuai Sorotan

               Presiden KSPI, Said Iqbal, menilai upah minimum dalam RUU Cipta Kerja hanya didasarkan pada Upah
               Minimum Provinsi (UMP). Padahal, UMP tidak dibutuhkan.
               Sebab, tidak ada daerah di seluruh wilayah Indonesia, pengusahanya membayar pakai UMP. Tetapi
               mereka  membayar  upah  minimum  buruh  dengan  menggunakan  UMK  atau  UMSK,  kecuali  di  DKI
               Jakarta dan Yogyakarta.
               Selain itu, pada pasal 95, tidak ada denda bagi pengusaha yang terlambat membayar upah. Padahal
               dalam  UU  13/2003,  pengusaha  yang  terlambat  membayar  upah  bisa  dikenakan  denda
               keterlambatan.Pasal 95 UU 13/2003 mengatakan:
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32