Page 53 - Berita Omnibus Law Cipta Kerja 17-18 Februari 2020
P. 53

dengan masakerjanol-satu tahun. Teman-teman yang sudah be-kerja tidak menggunakan skema ini.
               Dia menggunakan struktur skala upah di perusahaan masing-masing," paparnya.

               Meski  begitu  Ida  menekankan  bahwa  formula  ini  tidak  menghendaki  adanya  penurunan  upah
               minimum.  Dia  mengata-kan  jika  pertumbuhan  ekonomi  daerah  turun,  maka  menggunakan  upah
               minimum yang berjalan. "Upah minimum adalah upah minimumplus pertumbuhan di provinsi. kalau
               pertumbuhan stuck, maka prinsipnya upah minimum tidak boleh turun jadi
               tetap pada upah minimum yang berjalan pada waktu itu,"katanya

               Sementara itu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly mengakui ada
               kesalahan  dalam  penyusunan  draf  Omnibus  Law  Cipta  Kerja.  Sebab  peraturan  pemerintah  (PP)
               memang tidak mungkin membatalkan ketentuan undang-undang (UU) karena merupakan aturan yang
               lebih tinggi "Ya (salah ketik). Ya enggak bisa dong PP melawan undang-undang. Peraturan per-undang-
               undangan itu," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (17/2).
               Seperti diketahui, pada Pasal 170, pasal 1 dan 2, draf Omnibus Law Cipta Kerja disebutkan bahwa
               dalam percepat -an kebijakan cipta kerja pemerintah pusat berwenang meng -ubah ketentuan UU.
               Perubahan UU tersebut diatur dengan PP.

               Yasonna menyebut bahwa PP hanya bisa mengubah ketentuan aturan yang ada di bawahnya seperti
               peraturan daerah (perda). "Saya jelaskan perda dicabut dengan PP. Maksudnya bukan peraturan yang
               di bawahnya, tapi perda harus tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang di atasnya,"
               ungkapnya.

               Menurutnya melalui Omnibus Law ini pencabutan perda akan berbeda dari sebelumnya dan saat ini.
               Sebelumnya  perda  dibatalkan  melalui  revisi  eksekutif  yang  dilakukan  oleh  Menteri
               DalamNegeri(Mendagri). Namun ketentuan tersebut dibatalkan Mahkamah Konstitusi (MK) se -hingga
               pencabutan perda harus melalui Mahkamah Agung (MA). "Jadi dalam hal ini juga peraturan daerah
               tidak boleh melawan keputusan presiden atau peraturan pemerintah. Kalau tidak sesuai bisa dibatalin
               melalui peraturan perundang-undangan itu juga," ungkapnya.
               Ditanya  apakah  pemerintah  akan  menarik  kembali  draf  tersebut,  politikus  PDI  Perjuangan  itu
               mengatakan  bahwa  hal  tersebut  tidak  perlu  dilakukan.  "Itu  tidak  perlu  karena  nanti  di  DPR  akan
               diperbaiki. Teknis," katanya.
               Wakil  Ketua  DPR  Koordinator  Politik  dan  Keamanan  (Korpolkam)  Azis  Syamsuddin  memastikan
               pembahasan  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Omnibus  Law  tentang  Cipta  Kerja  nantinya  akan
               transparan  dana  komodatif  dengan  melibat-kan  berbagai  unsur  masyarakat  untuk  didengar
               pendapatnya.

               "Saya  rasa  setiap  pembahas  -an  undang-undang  berdasarkan  Pasal  246  ayat  (1)  (UU  tentang
               Pembentukan  Peraturan  Per-undang-undangan)  itu  kan  harus  terbuka.  Kecuali  diminta  pihak
               tertentu," kata Azis menjawab pertanyaan soal kekhawatiran publik soal RUU Cipta Kerja di Kompleks
               Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.

               Azis menjelaskan, pihak tertentu yang dimaksud adalah Anggota DPR yang membahas ataupun pihak
               pemerintah  yang  meminta  dilakukan  tertutup.  Dan  permintaan  tertutup  itu  tidak  akan  dilakukan
               sepenuhnya melainkan harus parsiaL "Nah nanti kalau ada pihak yang merasa tidak diakomodir dalam
               bentuk rapat dengar pendapat umum (RDPU) atau aspirasinya tidak itu tinggal kirim surat ke kita.
               Nanti kita bisa lakukan atau kirim surat ke MK (Mahkamah Konstitusi) saja," terangnya.

               Menurut Azis, setiap pem-bahasan RUU.DPR dan pemerintah akan berusaha melibatkan berbagai
               pihak  termasuk  elemen  masyarakat  dan  elemen  intelektual.  Hal  itu  bisa  dibuktikan  dalam
               pembahasan RUU selama ini di DPR. ''N gga kada yang undang-undang yang nggak melibatkan unsur
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58