Page 205 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 APRIL 2021
P. 205

Ringkasan

              Surat  Edaran  (SE)  No.  M/6/HK.04/IV/2021  tentang  pemberian  tunjangan  hari  raya  (THR)  di
              tahun 2021 yang dikeluarkan Menteri Ketenagakerjaan, merupakan surat rutin yang dikeluarkan
              tiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri. "Namun di SE tahun ini yang ditandatangani tanggal
              12 April 2021, khususnya yang terkait dengan perusahaan yang terdampak Covid-19 sehingga
              tidak mampu membayar THR 2021 sesuai waktu yang ditentukan, menimbulkan ketidakpastian
              dan tidak masuk logika berpikir yang normal," ujar Ketua Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia
              (OPSI) Timboel Siregar di Jakarta, Rabu (12/4/2021). (Alasannya, lanjut Timboel, pada poin 1
              (bagi  perusahaan  yang  tidak  mampu  dan  membuat  kesepakatan  dengan  buruh)  disebutkan
              kesepakatan dibuat secara tertulis yang memuat waktu pembayaran THR dengan syarat paling
              lambat dibayar sebelum hari raya keagamaan 2021.



              SE MENAKER SOAL THR DIANGGAP JALAN TENGAH MENGHINDARI KONFRONTASI
              SE Menaker Soal THR Dianggap Jalan Tengah Menghindari Konfrontasi Michelle Natalia Selasa,
              13 April 2021 - 15:46 WIB loading.

              Foto/Ilustrasi/SINDOnews  JAKARTA  -  Surat  Edaran  (SE)  No.  M/6/HK.04/IV/2021  tentang
              pemberian tunjangan hari raya (THR) di tahun 2021 yang dikeluarkan Menteri Ketenagakerjaan,
              merupakan surat rutin yang dikeluarkan tiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri.

              "Namun  di  SE  tahun  ini  yang  ditandatangani  tanggal  12  April  2021,  khususnya  yang  terkait
              dengan  perusahaan  yang  terdampak  Covid-19  sehingga  tidak  mampu  membayar  THR  2021
              sesuai waktu yang ditentukan, menimbulkan ketidakpastian dan tidak masuk logika berpikir yang
              normal," ujar Ketua Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar di Jakarta,
              Rabu (12/4/2021). (Alasannya, lanjut Timboel, pada poin 1 (bagi perusahaan yang tidak mampu
              dan membuat kesepakatan dengan buruh) disebutkan kesepakatan dibuat secara tertulis yang
              memuat  waktu  pembayaran  THR  dengan  syarat  paling  lambat  dibayar  sebelum  hari  raya
              keagamaan 2021.

              "Dengan klausula tersebut saya menilai pengusaha yang tidak mampu karena terdampak Covid
              19 dipaksa membayarkan THR paling lambat H-1 (sebelum hari raya). Saya nilai klausula ini
              sangat  membingungkan  dan  sangat  sulit  dilaksanakan  oleh  perusahaan.  Poin  1  ini  hanya
              mengubah waktu pembayaran dari H-7 ke H-1. Point 1 ini tidak membuka ruang perusahaan
              yang tidak mampu untuk mencicilnya," terang Timboel.

              Dia mempertanyakan bagaimana logika berpikir yang dibangun dalam SE ini, bila perusahaan
              tidak mampu membayar THR pada H-7 karena terdampak Covid dan tidak diberi ruang mencicil,
              diwajibkan membayar THR di H-1. "Saya kira perusahaan akan sangat sulit mencari dana dalam
              waktu 6 hari," ucapnya.

              Kewajiban  pembayaran  H-1  bagi  perusahaan  yang  terdampak  Covid-19,  tentunya  akan  juga
              menjadi masalah bagi buruh karena bila H-1 tidak juga dibayarkan oleh perusahaan, apa yang
              bisa  dilakukan  Pengawas  Ketenagakerjaan  karena  pada  H-1  dipastikan  Pengawas
              Ketenagakerjaan, manajemen dan pekerja sudah libur.

              "Andaikata pun pembayaran THR di H-1 dilakukan maka kapan waktu pekerja untuk berbelanja
              mempersiapkan  makan  minum  dan  kebutuhan  anak-anak  untuk  hari  raya,  karena  besoknya
              sudah  rari  raya.  Dana  THR  berpotensi  tidak  bisa  dibelanjakan  sehingga  harapan  Menko
              Perekonomian  dana  THR  untuk  mendukung  konsumsi  masyarakat  tidak  tercapai,"  tambah
              Timboel.



                                                           204
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210