Page 210 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 APRIL 2021
P. 210

Ringkasan

              Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar menilai Surat
              Edaran (SE) No. M/6/HK.04/IV/2021 tentang pemberian THR di tahun 2021 yang dikeluarkan
              Menteri Ketenagakerjaan, tidak memberikan kepastian. Menurut dia, SE THR merupakan surat
              rutin yang dikeluarkan tiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri.



              SERIKAT PEKERJA: ATURAN PEMERINTAH SOAL THR TIDAK MEMBERIKAN
              KEPASTIAN

              JAKARTA, - Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar
              menilai Surat Edaran (SE) No. M/6/HK.04/IV/2021 tentang pemberian THR di tahun 2021 yang
              dikeluarkan Menteri Ketenagakerjaan, tidak memberikan kepastian.
              Menurut dia, SE THR merupakan surat rutin yang dikeluarkan tiap tahun menjelang Hari Raya
              Idul Fitri.

              "Di SE tahun ini terkait dengan perusahaan yang terdampak Covid-19 sehingga tidak mampu
              membayar  THR  2021  sesuai  waktu  yang  ditentukan,  menimbulkan  ketidakpastian  dan  tidak
              masuk logika berpikir yang normal," kata Timboel dalam siaran pers, Selasa (13/4/2021).

              Adapun  alasannya  pada  poin  1,  yakni  bagi  perusahaan  yang  tidak  mampu  dan  membuat
              kesepakatan dengan buruh, disebutkan kesepakatan dibuat secara tertulis yang memuat waktu
              pembayaran THR dengan syarat paling lambat dibayar sebelum hari raya keagamaan 2021.

              "Dengan klasula tersebut saya menilai pengusaha yang tidak mampu karena terdampak Covid-
              19 dipaksa membayarkan THR paling lambat H-1 (sebelum hari raya). Saya nilai klausula ini
              sangat  membingungkan  dan  sangat  sulit  dilaksanakan  oleh  Perusahaan.  Point  1  ini  hanya
              mengubah waktu pembayaran dari H-7 ke H-1. Point 1 ini tidak membuka ruang perusahaan
              yang tidak mampu untuk mencicilnya," jelas dia.

              Timboel menilai, SE THR yang diterbitkan kurang mengaspirasi, karena bila perusahaan tidak
              mampu membayar THR pada H-7 karena terdampak Covid-19, tidak diberi ruang mencicil, malah
              diwajibkan membayar THR di H-1.

              "Saya kira perusahaan akan sangat sulit mencari dana dalam waktu 6 hari," tegas dia.

              Kewajiban  pembayaran  H-1  bagi  perusahaan  yang  terdampak  Covid-19,  tentunya  akan  juga
              menjadi masalah bagi buruh.

              Sebab, bila H-1 tidak juga dibayarkan oleh Perusahaan, Pengawas Ketenagakerjaan diperkirakan
              tak bisa melalukan apa-apa karena pada H-1 dipastikan para pekerja sudah libur.

              "Andaikata pun pembayaran THR di H-1 dilakukan maka kapan waktu pekerja untuk berbelanja
              mempersiapkan  makan  minum  dan  kebutuhan  anak-anak  untuk  hari  raya,  karena  besoknya
              sudah  Hari  Raya.  Dana  THR  berpotensi  tidak  bisa  dibelanjakan  sehingga  harapan  Menko
              Perekonomian  dana  THR  untuk  mendukung  konsumsi  masyarakat  tidak  tercapai,"  ungkap
              Timboel.

              Dengan perubahan waktu pembayaran THR dari H-7 ke H-1, maka peluang pengusaha yang
              terdampak Covid-19 untuk mengemplang bayar THR akan semakin besar, karena tidak diberi
              ruang untuk membangun kesepakatan membicarakan termin pembayaran.





                                                           209
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215