Page 32 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2020
P. 32
PEREMPUAN, PENGGERAK UMKM DAN PEREKONOMIAN NASIONAL
Jakarta : Peneliti INDEF, Eisha M. Rachbini, menyebutkan, bahwa perempuan Indonesia
sejatinya memegang peranan penting dalam perekonomian nasional dan juga UMKM.
Hal itu dikarenakan, banyak pemilik UMKM di berbagai wilayah adalah kaum perempuan.
Hal ini disampaikan Eisha dalam Diskusi bertema "Ekonomi, Perempuan, dan Demokrasi" yang
diadakan oleh LP3ES secara daring di Jakarta, Senin (21/12/2020) malam.
"UMKM merupakan peran penting dalam kesejahteraan equality, karena tersebar di seluruh
wilayah. Dan UMKM banyak dimiliki oleh perempuan, sehingga berfungsi sebagai pembedayaan
perempuan. Jadi, perempuan juga bisa menggerakkan perekonomian," jelas Eisha.
Eisha juga mengutarakan, di saat pandemi COVID-19 menghantam banyak sektor di Indonesia,
meski juga terdampak, namun UMKM tidak sampai mati suri atau berujung pada kebangkrutan.
Itu mengingat UMKM adalah salah satu sektor usaha yang bersifat fleksibel dan dapat
beradaptasi dengan banyak kondisi.
"UMKM merupakan bisnis yang fleksible dalam menghadapi perubahan, dan kondisi
perekonomian. Lebih tahan banting terhadap krisis. Pasti terdampak (krisis akibat COVID), tapi
dari historical data, UMKM lebih steady dan tidak terlalu terdampak sampai jatuh. Karena mereka
hanya bergantung pada bahan baku lokal, dan tidak bergantung pada utang Luar Negeri," papar
Eisha menambahkan.
Perkembangan UMKM di Indonesia juga terbilang sangat positif belakangan ini.
Bahkan Eisha mengatakan, bahwa UMKM di banyak wilayah termasuk sangat positif
perkembangannya karena bisa menyerap banyak tenaga kerja.
"UMKM menyerap banyak Tenaga Kerja (TK) di Indonesia. Penyerapan TK dari UMKM terus
meningkat. Dari pertumbuhan jumlah UMKM, pertumbuhan jelas meningkat," tambah Eisha.
Bahkan Eisha juga secara jelas mengatakan, bahwa bila membandingkan antara UMKM dan
usaha-usaha lain yang lebih besar secara kapasitas, jelas terlihat bahwa dampak UMKM terkena
pandemi tidak sedahsyat usaha-usaha kelas menengah dan atas.
"Dari series data, Medium Firms menurun, tapi tidak sedrastis Large Firms. Large Firms jadi lebih
banyak exit dari pasar (merugi dan bangkrut). Small Firm dan Medium Firm dampaknya tidak
sebesar Large Firm. PHK Large Firm juga terbilang tinggi dibandingkan dengan yang Medium
dan Small," pungkas Eisha.
Untuk diketahui, sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, penyebab
meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia, salah satunya karena pandemi COVID-19
yang masih belum berakhir.
Tentu kondisi tersebut sangat mempengaruhi pendapatan perusahaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di bulan Agustus 2020, 138 juta angkata kerja
yang terdiri dari 128 juta penduduk yang bekerja dan 9.7 juta penganggur dengan tingkat
pengangguran terbuka yang mencapai 7.07 persen.
Di sisi lain, Ida mengungkapkan, tantangan yang dialami sektor ketenagakerjaan ialah
kompetensi dan produktivitas pekerja Indonesia yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
negara lainnya.
31

