Page 50 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 FEBRUARI 2020
P. 50

Title          KHOLID SYEIRAZI: RUU CIPTAKER CENDERUNG ANAK EMASKAN PELAKU USAHA DAN
                              LANGGENGKAN OLIGARKI
               Media Name     rmol.id
               Pub. Date      25 Februari 2020
               Page/URL       https://politik.rmol.id/read/2020/02/25/422841/kholid-syeirazi-ruu-cip taker-cenderung-
                              anak-emaskan-pelaku-usaha-dan-langgengkan-oligarki
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Negative











               Draf Omnibus Law Rancangan Undang Undang Cipta kerja (Ciptaker) yang sudah
               diserahkan Pemerintah ke DPR cenderung menganakemaskan pelaku usaha.

                 RUU Ciptaker yang berfokus pada penyederhanaan perizinan, kemudahan
               berusaha, dan fleksibilitas ketenagakerjaan disebut merupakan memberi karpet
               merah bagi investasi.

                Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Center for Energy Policy, Kholid Syeirazi,
               dalam diskusi  RUU Omnibus Law Cipta Kerja: Kemana dan Buat Apa?  , di Jakarta,
               Selasa (25/2).


                 Kholid menganalisa, dalam draf RUU Ciptaker terkait sektor ESDM, pemerintah
               berencana menambah insentif berupa pengenaan royalti sebesar 0 persen dan
               perpanjangan jangka waktu usaha tambang hingga seumur tambang bagi pelaku
               usaha yang melakukan hilirisasi.

                "Tanpa menghitung ulang keseluruhan proses bisnis dan efek bergandanya,
               kebijakan Pemerintah bisa melanggengkan oligarki dan memperparah
               ketimpangan," demikian kata Kholid, Jakarta (25/2).

                Mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia itu melihat, arah dari Omnibus Law Cipta
               Kerja adalah resentralisasi kewenangan oleh Pemerintah Pusat untuk membuldozer
               seluruh hambatan investasi.

                Ia menyebutkan, terkait pertambangan minerba, wewenang penerbitan IUP oleh
               kepala daerah dipotong, diambil alih oleh Pemerintah Pusat dengan Perizinan
               Berusaha.

                Setelah dikaji, Kholid menemukan, Perizinan Berusaha di sektor pertambangan
               migas hanya berlaku untuk BUMN-K, tetapi tidak jelas alamatnya.

                "Apakah Pertamina sebagai holding BUMN energi, atau SKK Migas yang dirombak
               statusnya, atau BUMN yang sama sekali baru?," tanya Kholid dengan heran.


                Kholid menjelaskan, dalam draf RUU Ciptaker sektor migas gagal menerjemahkan
               norma putusan Mahkamah Konsititusi (MK) dalam rumusan yang solid.




                                                       Page 49 of 94.
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55