Page 45 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 FEBRUARI 2020
P. 45

Sebelumnya, Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) DIY, Dani Eko Wiyono
               mengatakan alasan penolakan tersebut,  pertama  berkaitan dengan masalah upah.


               "RUU Cipta Kerja kami anggap berusaha menghilangkan aturan upah minimum
               karena ada pasal tentang fleksibilitas kerja dan upah per jam. Jadi, peraturan ini
               disinyalir hanya akal-akalan untuk pengusaha agar bisa membayar buruh di bawah
               upah minimum," ucapnya.


                Kedua,  terkait pemutusan hubungan kerja (PHK). Perubahan ini justru sangat
               merugikan buruh. Sebelumnya, ketentuan pesangon sudah diatur di UU No.13/2003
               tentang Ketenagakerjaan dan Penjelasannya.


               "Di sana tertulis, besarnya pesangon bisa sampai sembilan bulan upah, untuk PHK
               jenis tertentu malah bisa 18 bulan. Ada juga penghargaan masa kerja maksimal 10
               bulan upah, dan penggantian hak minimal 15 persen dari total pesangon. Melihat
               angka ini, pemberian upah sebesar enam bulan gaji jelas penurunan," katanya.

                Alasan  ketiga  , soal istilah fleksibilitas pasar kerja. Dianggap sistem kerja yang
               fleksibel bisa diartikan kemudahan untuk perusahaan memecat pekerja. Pada UU
               13/2003, kebijakan  outsourcing  atau pemanggilan pekerja lepas hanya dibatasi di
               lima jenis pekerjaan.

               Namun dengan sistem baru, semua jenis pekerjaan berpeluang bisa di-  outsourcing
               . Ditambah lagi kekhawatiran dengan kebijakan  outsurcing  tenaga kerja asing yang
               mengancam peran-peran tenaga lokal..











































                                                       Page 44 of 94.
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50