Page 137 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 MARET 2021
P. 137

KEJARI TETAPKAN DUA TERSANGKA PENYELEWENGAN BANTUAN JPS COVID-19

              KEJAKSAAN Negeri (Kejari) Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng) telah menetapkan dua tersangka
              dalam kasus dugaan penyelewengan dana jaring pengaman sosial (JPS) Covid-19 untuk program
              pemberdayaan  masyarakat.  Dana  tersebut  bersumber  dari  Direktorat  Jenderal  (Ditjen)
              Pembinaan  Penempatan  Tenaga  Kerja  dan  Perluasan  Kesempatan  Kerja  (Binapenta  &  PKK)
              Kemenaker.  Jika  sebelumnya,  nilai  kerugian  negara  ditaksir  mencapai  Rp1,9  miliar,  kini
              bertambah menjadi Rp2,1 miliar.

              Kepala  Kejaksaan  Negeri  (Kajari)  Purwokerto  Sunarwan  mengatakan  bahwa  pihaknya  telah
              menetapkan dua tersangka terkait dengan penyelewenangan dana bantuan JPS dari Kemenaker.

              "Dua  tersangka  adalah  MT  dan  AM.  Keduanya  ditetapkan  sebagai  tersangka  setelah  kami
              melakukan ekspos internal pada kemarin sore," kata Kajari usai Groundbreaking Pembangunan
              Perumahan Adyaksa di Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Banyumas pada Rabu (17/3).

              Dijelaskan oleh Kajari, pihaknya juga kembali menyita barang bukti berupa uang tunai dari kedua
              tersangka. Jika sebelumnya, Kejari menaksir kerugian negara mencapai Rp1,9 miliar, kini telah
              menjadi Rp 2,1 miliar. Sebelumnya, dari tangan tersangka, Kejari menyiat sebanyak Rp470 juta.
              Kemudian Kejari menyita kembali Rp 200 juta.

              "Dari jumlah tersebut, Rp160 juta di antaranya disita dari AM dan Rp40 juta dari MT," jelasnya.

              Menurut Kajari, dana yang seharusnya diberikan untuk bantuan kepada 48 kelompok tani dengan
              masing-masing kelompok mendapat bantuan Rp40 juta, diduga diselewengkan.

              "Dari  pemeriksaan  terhadap  tersangka  dan  saksi-saksi  lainnya,  bantuan  yang  seharusnya
              diselewengkan, diduga akan digunakan untuk pembangunan greenhouse melon," kata dia.

              Sebelumnya, Kajari mengatakan bahwa sebetulnya konsep bantuan dari untuk jaring pengaman
              sosial dari Ditjen Binapenta & PKK sudah bagus. Sebab, rekening dibuatkan oleh pusat setelah
              kelompok  mengajukan  proposal  bantuan.  Kelompok-kelompok  yang  dibentuk  di  antaranya
              adalah budidaya durian, ketela pohon dan lainnya.

              "Begitu kelompok terbentuk dan mengajukan bantuan dana, maka sebetulnya bantuan langsung
              masuk rekening kelompok. Tetapi, begitu uang cair, ketua kelompok diminta untuk mencairkan
              dananya. Setelah itu disetorkan ke AM," papar Sunarwan.

              Pencarian sudah dimulai sejak 1 Desember 2020 lalu. Tetapi sesudah dicairkan dan diserahkan
              ke AM, ternyata sampai sekarang kelompok tidak menerima. Sehingga tidak ada kegiatan sama
              sekali.  Kejari  akan  menjerat  para  tersangkan  nantinya  dengan  UU  Tindak  Pidana  Korupsi
              (Tipikor). Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jawa Tengah (Jateng) Priyanto mengatakan bahwa
              pihaknya sudah melakukan pencegahan-pencegahan.
              "Tetapi kalau sudah tidak diindahkan, maka akan dilaksanakan penindakan. Sebagai contoh yang
              dilaksanakan oleh Kejari Purwokerto ini. Karena ternyata bantuan kepada kelompok-kelompok
              tani disalahgunakan," ujarnya.

              Kajati  mengatakan  pihaknya  juga  melakukan  pengumpulan  data  mengenai  pelaksanaan  e-
              warung dan Program Keluarga Harapan (PKH). Dia mengimbau pelaksanaan harus sesuai aturan.

              "Kalau  ada  informasi  penyelewenangan,  laporkanlah.  Karena  masyarakat  yang  mendapat
              bantuan juga ingin bahagia," tambahnya. (OL)





                                                           136
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142