Page 219 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 DESEMBER 2021
P. 219

Ringkasan

              Buruh  di  Cirebon  kembali  menggelar  aksi  unjuk  rasa,  pasca  ditetapkannya  Upah  Minimum
              Kabupaten/Kota (UMK) atau Upah Minimum Provinsi (UMP) oleh Gubernur Jawa Barat akhir bulan
              lalu.  Aksi  tersebut  dilakukan  di  depan  Kantor  Wali  Kota  Cirebon  dan  Bupati  Cirebon,  Rabu
              (8/12/2021).



              KEMBALI GELAR AKSI DEMO, BURUH DI CIREBON MINTA PENETAPAN UMK 2022
              DICABUT

              Buruh  di  Cirebon  kembali  menggelar  aksi  unjuk  rasa,  pasca  ditetapkannya  Upah  Minimum
              Kabupaten/Kota (UMK) atau Upah Minimum Provinsi (UMP) oleh Gubernur Jawa Barat akhir bulan
              lalu.  Aksi  tersebut  dilakukan  di  depan  Kantor  Wali  Kota  Cirebon  dan  Bupati  Cirebon,  Rabu
              (8/12/2021).

              Ditemui di sela aksi di depan Balai Kota Cirebon, Sekjen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia
              (FSPMI)  Cirebon  Raya,  Moh.  Machbub  menjelaskan,  akis  hari  ini  merupakan  bentuk  protes
              pihaknya terhadap Surat Keputusan (SK) Gubernur soal UMK ataupun UMP.

              "Kenapa kita protes, kerena pada tanggal 25 November 2021 kemarin, Mahkamah Konstitusi
              (MK) judicial review, tentang formil dan materil, MK mengabulkan gugatan kita," ucapnya.

              Gugatan  yang  dikabulkan  tersebut,  dijelaskan  Machbub,  terkait  Undang-undang  Cipta  Kerja.
              Pada  amar  putusan,  lanjutnya,  nomor  7  di  MK  itu,  menyebutkan  bahwa  pemerintah  harus
              menangguhkan segala bentuk upaya strategis yang berdampak luas.

              "Amar ke-7 itu ada dua, salah satunya, pemerintah tidak boleh menerbitkan peraturan yang
              baru,  terkait  penetapan  UMK,  pemerintah  khususnya  gubernur  di  seluruh  Indonesia  tetap
              menggunakan PP Nomor 36," katanya.

              "Pengupahan adalah program strategis nasional, maka pemerintah tidak boleh menetapkan UMK
              menggunakan PP Nomor 36, tapi menggunakan UU sebelumnya yakni UU nomor 13 maupun
              turunannya di PP 78, ini yang kami sikapi hari ini," tambah Machbub.

              Faktanya, ia menambahkan, pemerintah soal pengupahan tetap menggunakan PP Nomor 36 dan
              ini menurutnya bertentangan dengan amar putusan MK ke-7.

              "Kami  minta  pemerintah  harus  mencabut  penetapan  UMK,  para  gubernurnya  tidak  boleh
              menggunakan PP Nomor 36," tegasnya.

              Terkait kenaikan UMK, lanjut Machbub, buruh meminta naik 5-7 persen. "Jadi tidak ada alasan
              lagi pemerintah melakukan multi tafsir terhadap amar putusan tersebut," tandasnya.

              Aksi unjuk rasa tersebut dijaga ketat oleh pihak kepolisian dari Polres Cirebon Kota.

              (NDA)












                                                           218
   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224