Page 16 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 DESEMBER 2021
P. 16

GUBERNUR JABAR TAK MAU MEREVISI UMK 2022

              BESARAN upah minimum kabupaten/kota (UMK) 2022 yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi
              (Pemprov)  Jawa  Barat  (Jabar)  beberapa  waktu  lalu,  tidak  akan  direvisi  seperti  halnya  yang
              dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal tersebut ditegaskan oleh Gubernur Jabar M Ridwan
              Kamil dalam keterangannya, Rabu (29/12/2021).

              Menurut Ridwan Kamil, Jabar berbeda dengan DKI Jakarta yang bisa melakukan revisi UMK,
              karena tidak ada pengajuan UMK dari bupati atau wali kota seperti halnya Jabar.

              "Nah, media kalau ngomongin upah ya harus paham juga. Jakarta itu gak ada UMKnya. Dia tak
              ada ajuan dari bupati dan wali kotanya. Jadi seorang Gubernur DKI bisa mengoreksi. Logika ini
              dipakai untuk menilai para gubernur yang berbeda dengan DKI," kata Ridwan Kamil.

              Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu juga menjelaskan, sebagai Gubernur Jabar, dirinya
              hanya berwenang menyetujui usulan besaran UMK dari bupati dan wali kota.

              "Kalau usulan dari bawahnya tidak berubah ya tidak ada perubahan. Jadi, Jabar tak berubah
              karena bupati wali kota tak ada yang mengusulkan revisi sampai detik terakhir," jelas Kang Emil.

              Dia menekankan, revisi besaran UMK 2022 seperti yang dilakukan DKI tidak akan dilakukan di
              Jabar. Pasalnya, hal itu melanggar aturan.

              "Kalau bertanya seolah ada harapan gubernur merevisi, artinya saya disuruh melanggar aturan
              karena kewenangan gubernur di luar DKL Makanya, jangan dibandingkan, menurut saya gak
              mendidik, itu membuat saya bertahan," ungkap Kang Emil.

              Meskipun keukeuh tidak akan merevisi UMK 2022 sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36
              Tahun 2021, namun Kang Emil tetap memberikan solusi, agar upah buruh tetap naik. Solusi yang
              ditawarkan pun menurutnya tidak melanggar aturan. Dalam PP Nomor 36 Tahun 2021, hanya
              mengatur upah untuk karyawan yang baru masuknya yang jumlahnya hanya sekitar 5 persen,
              sedangkan pekerja dengan masa kerja di atas satu tahun membutuhkan negosiasi lebih untuk
              mendapatkan kenaikan upah.

              "Tawaran Jabar, UMK-nya ngikut PP 36 untuk yang 5 persen pegawai baru. 95 persennya bisa
              naik antara 3-5 persen. Nah ini yang kami wacanakan. Kenapa beda? ya begitulah politik, upah
              itu carutmarut sejak zaman kapan. Kita mah korban dari proses yang awalnya gak jelas. Jadi
              tiap tahun kepala daerah dibenturbenturkan," bebernya.
              Seakan  meluapkan  kekesalannya,  Kang  Emil  bahkan  meminta  pemerintah  pusat  untuk
              menetapkan  besaran  UMK  jika  pemerintah  daerah  tak  bisa  mengajukan  diskresi,  termasuk
              berwacana terkait besaran UMK.

              "Makanya saya bilang kalau daerah tidak boleh ada diskresi lagi, sudah ketok palu saja oleh
              menteri. Jangan nyuruh bupati ngajuin, jangan nyuruh gubernur stempel berikut gak boleh juga
              berwacana. Tiba-tiba (kabar revisi UMK) DKI masuk, buruh menilai jika Pak Anies bisa semua
              gubernur bisa karena gak paham logikanya," tandas Kang Emil.

              Sebelumnya diberitakan, buruh di Jabar menuntut revisi UMK 2022, mengikuti langkah Pemprov
              DKI  Jakarta.  Tuntutan  tersebut  disampaikan  melalui  aksi  unjuk  rasa  di  Gedung  Sate,  Kota
              Bandung.

              Ketua DPD Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jabar, Roy Jinto menyatakan,
              pihaknya  menuntut  revisi  UMK  2022  mengingat  kenaikan  UMK  2021  ke  2022  sebagaimana
              ketetapan Gubernur Jabar hanya sekitar 1,09 persen.


                                                           15
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21