Page 89 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 AGUSTUS 2020
P. 89

"Ini masa-masa yang tepat buat membereskan pekerjaan rumah (PR) kita. Omnibus Law ini
              memegang peranan penting sekali guna menarik investasi dari luar dan dalam negeri, sehingga
              penciptaan  lapangan  keija  meningkat.  Ini  adalah  PR  paling  utama,  terlebih  dalam  kondisi
              pandemi  Covid.  Angka  pengangguran  dan  kemiskinan  meningkat,  sehingga  menciptakan
              lapangan pekerjaan menjadi hal utama yang harus kita lakukan," ujar dia.

              Rosan menilai pembahasan RUU di DPR berlangsung transparan. Dia berharap RUU tersebut bisa
              diselesaikan  pada  akhir  bulan  ini.  Setelah  itu  akan  dibahas  secara  paralel  43  peraturan
              turunannya. "Dengan demikian, tahun depan kita bisa bergerak cepat dan tidak ketinggalan oleh
              negara lain," ujar dia.

              Rosan menegaskan, semua pihak diajak untuk membahas RUU yang sering disebut "UU sapu
              jagat"  itu,  termasuk  kubu  buruh.  Dia  mengaku  telah  melakukan  pembahasan  dengan  enam
              serikat buruh pada Kamis (30/7) lalu. Dalam pembahasan itu, dua serikat buruh melakukan walk
              out (WO) dan empat sisanya tetap melanjutkan diskusi hingga mendapatkan kesepakatan walau
              tidak  menyeluruh.  "Jadi,  ini  sesuatu  hal  yang  positif,  dimediasi  oleh  pemerintah,  Kadin,  dan
              perwakilan serikat buruh," ucap dia.
              Rosan mengakui, Omnibus Law tidak bisa menjawab semua persoalan namun akan menjawab
              hal-hal yang memang harus dilakukan pemerintah sejak dulu, yaitu refomasi struktural. Hal ini
              menjadi  penting  karena  negara  pesaing  seperti  Malaysia,  Thailand,  dan  Vietnam  sudah
              melakukan reformasi itu sejak 2008.
              Saat ini peringkat kemudahan berbisnis (Ease of Doing Busi-wess/EODB) Indonesia stagnan di
              posisi 73 selama dua tahun. "Presiden menginginkan kita berada di peringkat 40, jawabannya
              ada di Omnibus Law," kata dia.

              Rosana menerangkan, saat ini Indonesia sedang bersaing dengan negara tetangga di Asean
              dalam  merebut  "kue"  relokasi  industri  dari  Tiongkok.  Negara  seperti  AS,  Eropa,  dan  Jepang
              sudah minta perusahaannya untuk keluar dari Tiongkok. "Jepang bahkan memberikan insentif
              sampai Rp 2 triliun agar perusahannya mau cabut dari Tiongkok, supaya global value chain-nya
              tidak berpusat di Tiongkok. Ini kan kesempatan. Saya tahu ini sudah disikapi dengan cepat oleh
              BKPM sehingga sudah mulai ada yang masuk ke Indonesia," tegas dia.

              Jaga Investasi Existing

              Lebih  lanjut  Rosan  mengingatkan, pemerintah  di  satu  sisi ingin  mengundang  investasi  asing
              masuk ke Indonesia Tetapi di sisi lain juga perlu menjaga investasi yang sudah ada di Indonesia.
              Dia mencontohkan keluarnya Chevron dari Indonesia karena pemerintah tidak konsisten dengan
              kebijakannya  dan  produktivitas  tenaga  keija  yang  rendah.  "Itu  yang  membuat  mereka
              memutuskan keluar. Nah ini yang harus kita jaga. Karena mereka adalah marketing tools kita
              yang sangat powerful," kata dia.

              Senada dengan Rosan, Ketua Umum BPP Hipmi Mardani H Maming juga meminta UU Ciptaker
              cepat selesai. UU itu ditunggu oleh para pengusaha, termasuk pengusaha muda anggota Hipmi.
              "Tidak mungkin strategi menarik investasi kalau aturan birokrasi dan regulasi masih tarik menarik
              antara  daerah  dan  pusat.  Semua  perselisihan  itu  ada  jawrabannya  di  UU  tersebut.  Presiden
              menginginkan semua pengurusan perizinan di satu pintu, di mana dikuatkan oleh UU Omnibus
              Law Cipta Keija," ucap dia.

              Maming berharap pemerintah juga memberikan perlakuan yang sama kepada investor asing dan
              lokal. Dia mengusulkan agar kepemilikan saham investor asing dalam pembangunan smelter
              hanya 49%, sehingga memberi kesempatan bagi pengusaha nasional untuk investasi smelter.

              Selain itu, Maming mendesak pemerintah mensinkronkan UU Tata Ruang dan UU Kehutanan
              agar tercipta satu peta, satu data, sehingga tidak membingungkan pengusaha, (hg)
                                                           88
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94