Page 244 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 NOVEMBER 2021
P. 244

Berdasarkan survei KHL pekerja DIY per Oktober 2021, besaran angka KHL pekerja buruh pada
              lima kabupaten/kota adalah sebesar Rp3.067.048 untuk Kota Jogja; Sleman Rp3.031.576; Bantul
              sebesar  Rp3.030.625;  Kulon  Progo  Rp2.908.031;  dan  Gunung  Kidul  sebesar  Rp2.758.281.
              Sementara, ketetapan upah 2022 yang dikeluarkan Gubernur DIY untuk wilayah di atas masing-
              masing  sebesar  Rp.2.153.970  (Kota  Jogja);  Rp2.001.000  (Sleman);  Rp1.916.848  (Bantul);
              Rp1.904.275 (Kulonprogo); dan Rp1.900.000 (Gunung Kidul).

              "Dilihat  dari  upah  yang  ditetapkan  untuk  tahun  2022  dan  memperhatikan  kembali  angka
              kebutuhan  hidup  layak  pekerja  di  lima  kabupaten/kota  di  wilayah  DIY,  menunjukkan  angka
              defisit pendapatan yang cukup besar. Kenaikan upah lima persen yang ditetapkan Gubernur DIY
              masih jauh dari harapan buruh," ungkapnya.

              Irsyad berpendapat, kenaikan upah yang tidak signifikan mendongkrak kesejahteraan buruh ini
              seharusnya  dicarikan  alternatifnya  oleh  pemerintah  DIY.  Terlebih,  DIY  punya  Dana
              Keistimewaann  yang  seharusnya  mampu  memiliki  formula  khusus  dalam  meningkatkan
              kesejahteraan  buruh.  PP  36/2021  juga  tidak  layak  dipatuhi  sebagai  penetapan  upah  buruh
              karena mengurangi peran Dewan Pengupahan tingkat I, II dan III.
              "Karena  sekedar  berdasarkan  atas  kondisi  ekonomi  dan  ketenagakerjaan.  Sehingga  aspirasi
              pekerja buruh terancam kehilangan tempat," ujarnya.

              Wakil  Ketua  Komisi  D  DPRD  Kota  Jogja,  Krisnadi  Setyawan  mengungkapkan,  keputusan
              Gubernur DIY terkait dengan kenaikan UMP 2022 yang jauh dari KHL harus diikuti tanggung
              jawab Pemda DIY maupun kabupaten/kota untuk mendata dan memfasilitasi pekerja penerima
              upah minimum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

              "Untuk memastikan pekerja tidak kehilangan haknya sebagai warga negara dan bukti pemerintah
              hadir mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan," katanya.

              Menurutnya,  dalam  Peraturan  Menteri  Sosial  3/2021  disebutkan  bahwa  orang  tidak  mampu
              adalah orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, gaji atau upah yang hanya mampu
              memenuhi kebutuhan dasar yang layak, sehingga sudah jelas bahwa pekerja penerima upah
              minimum adalah orang tidak mampu. Terfasilitasinya pekerja penerima upah minimum akan
              memberi kesempatan untuk bisa mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah pusat, provinsi
              dan kabupaten/kota.

              "Kehadiran  pemerintah  tidak  saja  membantu  pekerja  namun  juga  membantu  pengusaha
              sekaligus  yang  memang  terbukti  menghadapi  situasi  ekonomi  yang  sulit.  Pendataan  DTKS
              pekerja  penerima  upah  harus  dilaksanakan  secara  khusus  dan  menjadi  masukan  dalam
              pengambilan kebijakan demi kesejahteraan rakyat," ujarnya.






















                                                           243
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249