Page 21 - USHUL FIQH (1)_Neat
P. 21
B. Derfinisi Kaidah Fiqhiyah
Materi fiqh itu sangat banyak, dan materi-materi yang banyak tersebut
ada hal-hal yang serupa, kemudian diikat dalam satu ikatan. Ikatan inilah
yang menjadi kaidah fiqh. Oleh karena itu, Abu Zahrah menta’rifkan fiqh
dengan, ”Kumpulan hukum-hukum yang serupa yang kembali kepada
satu qiyas yang mengumpulkannya, atau kembali kepada prinsip fiqh yang
mengikatnya” (Abu Zahrah,1967:18).
TM Hasbi Ash-Shiddieqi memberikan pengertian kaidah kuliyah
Fiqhiyyah dengan; ”Kaidah-kaidah kuliyyah itu tiada lain daripada prinsip-
prinsip umum yang melengkapi kebanyakan juziyyahnya”. ”Kaidah fiqhiyyah
itu mencakup rahasia-rahasia syara’ dan hikmah-hikmahnya yang dengannya
seluruh furu’ dapat diikat, dan dapat diketahui hukum-hukumnya serta dapat
diselami maknanya” (Hasbi Ash-Shiddieqi, 1967: 18).
TM Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Imu Fiqh, (Jakarta: CV Mulya,
1967), hlm. 18.
Dengan demikian, kaidah-kaidah fiqh itu mengklasifikasikan masalah-
masalah furu’ (fiqh) menjadi beberapa kelompok, dan tiap-tiap kelompok
itu merupakan kumpulan-kumpulan dari masalah-masalah yang serupa.
C. Objek Bahasan Ilmu Fiqh
Seorang ahli fiqh membahas tentang bagaimana seorang mukallaf
melaksanakan shalat, puasa, menunaikan haji dan lain-lain yang berkaitan
dengan fiqh ibadah mahdhah, bagaimana melaksanakan kewajiban-kewajiban
rumah tangganya, apa yang harus dilakukan terhadap harta anggota
keluarga yang meninggal dunia dan sebagainya, yang menjadi objek
pembahasan Al-Ahwal al-Syakhsiyah (Hukum Keluarga).
Mereka juga membahas bagaimana cara melakukan muamalah dalam
arti sempit (Hukum Perdata), seperti jual beli, sewa-menyewa, patungan,
dan lain sebagainya. Maksiat apa saja yang dilarang serta sanksinya
apabila larangan itu dilanggar, atau bila kewajiban tidak dilaksanakan oleh
seorang mukallaf dan lain-lain pembahasan yang berkaitan dengan Fiqh
Jinayah (Hukum Pidana Islam). Ke lembaga mana saja seorang mukallaf
bisa mengadukan masalahnya apabila dia merasa dirugikan dan atau
diperlakukan secara tidak adil, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
Ahkam al-Qadha (Hukum Acara). Bagaimana perbuatan mukallaf di dalam
Bab 1 Pendahuluan 7