Page 29 - Proyek E-Book Interaktif 3_Neat
P. 29
a. Pendaratan dan Pertempuran di Jawa
Pendaratan Tentara Jepang di Jawa dilakukan secara serentak di tiga tempat
terpisah, yaitu di Banten, Indramayu dan Rembang. Pendaratan dilakukan pada tanggal 1
Maret 1942 yang dipimpin langsung oleh Jenderal Hitoshi Imamura. Militer Hindia
Belanda tidak melakukan perlawanan yang berarti baik oleh Angkatan darat maupun
Angkatan udara, hanya kerusakan yang tidak berarti yang ditimbulkan. Jepang
mendaratkan kurang lebih 55.000 pasukan yang terbagi di tiga tempat dengan pasukan
terbanyak berada di Banten. Pasukan Jepang bergerak sangat cepat sehingga tidak perlu
waktu yang lama untuk menguasai wilayah Jawa, termasuk lapangan udara Kalijati yang
hanya berjarak 50 km dari Bandung (Pusat pemerintahan). Pertahanan di Jawa diisi
dengan 40.000 personil KNIL yang dibantu kesatuan lain dari Inggris, Amerika Serikat
dan Australia pimpinan Jendral Blackburne. Aliansi ABDACOM sendiri telah dibubarkan
sejak 25 Februari dan pertahanan di Hindia Belanda diserahkan kepada otoritas lokal
masing-masing. Wilayah Jawa Timur dipertahankan oleh Mayor Jenderal Ilgen, di
Bagian Jawa Barat oleh Mayor Jenderal Schilling dan di wilayah timur Jawa Barat oleh
Mayor Jenderal Pesman. Wilayah Jawa Tengah tidak memiliki pertahanan yang berarti
kecuali beberapa Batalion yang hanya dibekali senapan Lee Enfield peninggalan Perang
Dunia I dengan peluru yang terbatas.
Perlawanan yang cukup mengguncang Jepang dilakukan oleh Mayor Jenderal
Ilgen di pesisir utara Jawa hingga ke Rembang, namun pasukan Ilgen dipukul mundur
dan kembali ke Surabaya, membuat Jepang dengan mudah merebut kota Cepu meskipun
instalasi minyak di sana sudah dihancurkan. Di Jawa tengah, kesatuan Stadswacht justru
melarikan diri di hari pertama pendaratan Jepang, sehingga membuat Batalion di
Bawean-Salatiga memaksa mereka kembali ke Semarang. Pertahanan Jawa Tengah yang
lemah membuat Jepang dengan mudah menguasainya termasuk Yogyakarta dan
Surakarta pada tanggal 6/7 Maret 1942. Kota Batavia berhasil dikuasai pada tanggal 5
Maret setelah kota tersebut dinyatakan sebagai kota terbuka dan semua aparatur
pemerintah pindah ke Bandung. Keadaan
Bandung sangat kacau dimana orang-orang mulai
panik dan tentara mulai kekurangan logistic yang
memadai. Banyak orang mulai datang ke Bandung
sejak jatuhnya Batavia, begitupun banyak juga
yang lari ke Australia lewat Cilacap termasuk
beberapa petinggi Belanda seperti van Mook, van
der Plas dan Oijen. Jatuhnya Batavia dan Kalijati
membuat Jepang mulai melakukan pengeboman
di Bandung namun selalu gagal ditangkis oleh
LBD, bahkan dikatakan LBD sendiri bosan
menghidupkan sirine tanda serangan udara
karena seringnya pesawat udara Jepang melintas
di Bandung. Di tanggal yang sama, 5 Maret 1942,
Pemerintah Belanda di London memerintahkan
28