Page 415 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 415
akan berhasil menyelamatkan wilayah ini. Maka, karena itu aku
melakukan pendekatan yang kuanggap perlu dengan kawanku,
kedua satria Karna dan Kumbakarna. Kadangkadang saja aku
memancing dia untuk mengerti keraguanku. Tapi ia tahu bahwa
aku selalu skeptis dalam banyak hal. Jadi ia tak menganggapnya
istimewa. Tiga, aku tentu saja diamdiam masih menyimpan
keinginan untuk membebaskan dia dari sirkus manusia cacat
Saduki Klan yang tak bisa kumengerti itu.
Namun, satu setengah tahun ini diisinya dengan tiga
kegiatan utama yang ditekuninya sepenuh hati: 1) memanjat
bersama kami, 2) meneruskan penelitian, dan 3) memperbaiki
format pertunjukan Saduki Klan. Tidak, tepatnya masih ada
hal keempat serta kelima. Ia mulai menulis di banyak media
tentang pentingnya mempertahankan kawasan karst kelas satu
di Sewugunung. Dan Marja, gadisku itu secara penuh meno
long dia untuk proyek revitalisasi agama lokal lewat pameran
dan pertunjukan. Kegigihannya membuat niat luhurku untuk
membebaskan kuda hitam dari sirkus ini mulai ciut. Ia kelihat
an terikat betul, luar dalam, dengan rombongan manusia tanpa
bentuk dan para cebol itu. Makhlukmakhluk yang tak akan ke
manamana selain menunggu mati. Aku sungguh tak mengerti.
Tapi Marja tampaknya mulai mengerti.
Padahal aku telah berusaha sepenuh tenaga—dan aku
berhasil—untuk menobatkan kesebelas gerombolanku yang
dulu. Gerombolan Pemanjat Tebing itu kini sudah bersedia
menjadi mualaf sacred climbing. Mulanya ada sedikit perla
wanan. Terutama dari Pete dan keempat sekondannya: Matias,
Marzuki, Lukman, dan Joni. Alasannya: mereka khawatir
olah raga ini terlalu hardcore sehingga tak banyak orang bisa
mengikuti. Ini olah raga xxx, kata mereka. Kubilang, bukannya
dari dulu juga begitu. Kuulangi khotbah Parang Jati bahwa kita
adalah garam dunia. Garam memang harus yang triplex. Kan
bagi kambing setengah domba ada papan panjat artifisial dan
0