Page 418 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 418
Hanya kebaikan yang boleh mewujud hari ini. Kebenaran
harus kau pikul agar jangan jatuh ke tanah dan menyentuh
bumi, menjelma, hari ini. Sebab, jika kebenaran menjelma
hari ini, ia menjelma kekuasaan.
Tapi kau juga tak boleh membuang kebenaran dari
pundakmu seperti benda tak berharga. Sebab, jika demikian,
maka engkaulah si congkak berhati degil itu.
Kau, sekali lagi, harus memikulnya, agar jangan ia
menyentuh tanah dan menjelma kekuasaan.
Mengertikan kau? Kukira tidak. Aku tahu, butuh waktu
bagimu untuk mengerti.
Aku berhembus. Sulit agaknya menerangkan sebuah pe
mikiran yang sulit. Aku lebih tertarik pada agama barunya yang
fisik. Dan aku sudah jadi murid pertamanya. Rasul pemanjatan
suci. Aku, hmm, agak kurang tertarik untuk menjadi rasul
agama spiritual ini. Barangkali biar dogoldogol cacat itu saja
yang jadi muridnya. Mereka yang tak punya badan biarlah
mengolah batin. Aku lebih tertarik pada olah raga ketimbang
olah jiwa.
Untunglah Marja pulang sehingga percakapan ini ter
potong.
“Ada apa, Sayang?” sapa kami bersamaan. Kami sama
sama melihat kegundahan di raut Marja. Mulutnya mengatup
tegang dan alisnya turun.
Ia membukai dan memeriksai lacilaci. Ia mulai mengadu.
“Waktu itu Pak Pontiman ngasih aku cincin dengan kecu
bung pengasihan.”
“Pak Pontiman?” lagilagi kami berdua bagai memprotes.
Lelaki Bilung itu memberi kekasih kami cincin pengasihan?
“Bukan. Bukan Pak Pontiman sendiri. Pak Pontiman sama
istrinya ngasih aku kecubung pengasihan.”
Keluarga kepala desa itu telah jatuh hati kepada Marja
0