Page 339 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 339

istrinya dengan cara membayarnya dengan nyawa seorang komunis
              bernama Kamerad Kliwon.
                 Untuk kebahagiaan mereka yang melimpah-limpah itu, Maman
              Gendeng dan Sang Shodancho kemudian bersulang di halaman bela-
              kang tempat Maman Gendeng memelihara ikan sambil bercakap-cakap
              tentang banyak hal, tentang strategi-strategi bermain truf dengan janji
              bahwa mereka akan bertemu kembali di meja permainan kartu di te-
              ngah pasar setelah berbulan-bulan keduanya absen disebabkan bulan
              madu yang nyaris tanpa akhir itu.
                 Enam bulan setelah Rengganis dilahirkan, Maman Gendeng mem-
              bawa anak dan istrinya ke rumah Sang Shodancho setelah ia mende-
              ngar bahwa Alamanda hendak melahirkan. Mereka datang tepat pada
              waktu anak itu muncul dan menangis. Saat itulah Maman Gendeng
              menjabat tangan Sang Shodancho yang berbahagia melihat anak bayi
              yang sungguh-sungguh terdiri dari tulang dan daging dan darah dan
              kulit dan sempurna sebagaimana kebanyakan bayi lain di dunia. Bayi
              itu seorang perempuan, dan kenyataannya memang tak kalah cantik
              dari anak musuh sekaligus sahabatnya itu.
                 Maman Gendeng berkata, ”Selamat, Shodancho, kuharap tidak
              sebagaimana kita, sebagai sepupu kedua anak gadis ini akan menjadi
              sahabat baik.”
                 ”Tentu saja,” kata Sang Shodancho.
                 ”Apakah kau telah mempersiapkan sebuah nama?”
                 ”Sebagaimana kedua kakaknya yang lenyap,” kata Sang Shodancho,
              ”ia kuberi nama Nurul Aini.” Kelak orang lebih suka menyebutnya
              pendek saja, Ai.
                 Demikianlah kisah tentang dua orang ayah yang menanti bertahun-
              tahun sejak hari perkawinan mereka untuk memperoleh buah hati
              masing-masing. Demikian pulalah mengapa keduanya kemudian men-
              jadi dua orang laki-laki yang begitu mencintai anak-anak pe rem puan
              mereka sehingga jika mereka kembali bertemu di meja permainan
              kar tu truf bersama pedagang ikan asin dan pemotong daging, keduanya
              kadang datang dengan anak-anak tersebut, dan di sanalah mereka ke-
              mudian tumbuh bersama-sama. Mereka akan membiarkan anak-anak
              itu mengacak-acak kartu di tengah permainan atau membuang begitu

                                           332





        Cantik.indd   332                                                  1/19/12   2:33 PM
   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343   344