Page 335 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 335

kagumannya kepada orang tersebut, satu ke ka guman tulus dari seorang
              musuh sebagaimana ia menaruh hormat pada Maman Gendeng, dan
              kembali ia menyesal harus kehilangan orang seperti itu. Ia melemparkan
              revolver ke atas tempat tidurnya, senjata yang sedianya hendak ia pakai
              untuk ikut membunuh ko munis gila satu itu, lalu membaringkan diri di
              atas tempat tidur dalam kepenatan tanpa menyadari bahwa Alamanda
              masih duduk menggigil di sudut tempat tidur.
                 ”Katakan, Shodancho, ia akan mati pukul lima dini hari ini, kan?”
              tanya Alamanda tiba-tiba dari kegelapan.
                 ”Ya,” jawab Sang Shodancho tanpa menoleh.
                 ”Akan kubuka mantra itu dan kuberikan cintaku untukmu jika kau
              menjamin bahwa laki-laki itu akan hidup,” kata Alamanda lagi, dengan
              suara nyaring dan penuh kepastian.
                 Sang Shodancho tiba-tiba bangun dan duduk memandang istrinya
              dalam kegelapan kamar. Keduanya saling memandang sejenak dalam
              satu transaksi paling aneh antara sepasang suami istri.
                 ”Aku serius, Shodancho.”
                 ”Transaksi yang cukup adil,” kata Sang Shodancho, ”meskipun itu
              membuatku sangat cemburu.”
                 Demikianlah Kamerad Kliwon melewati malam itu tanpa sebutir
              peluru pun bersarang di tubuhnya. Sang Shodancho tak berkata apa
              pun lagi pada istrinya. Ia hanya berdiri mengambil revolvernya kembali,
              lalu berjalan keluar kamar dengan langkah tegap seolah ia memperoleh
              pasokan energi luar biasa. Ia pergi ke markas rayon militer tempat Ka-
              me rad Kliwon ditahan dan menemui regu tembak yang tampak sedang
              mengelap senapan-senapan mereka dalam satu kebanggaan bahwa
              setengah jam lagi mereka akan membunuh mangsa paling besar dalam
              sejarah karier militer mereka, jika bukan sepanjang hidup mereka. Sang
              Shodancho menemui pemimpin regu tembak tersebut dan mengatakan
              apa maunya.
                 Yang terjadi adalah bahwa Sang Shodancho mengejutkan seluruh
              anak buahnya, baik yang sedang berjaga-jaga dan terutama para anggota
              regu tembak yang telah dibuat tak sabar oleh jadwal ketat. Ia berkata
              bahwa tak seorang pun boleh membunuh lelaki itu: Kamerad Kliwon,
              dan tak seorang pun boleh bertanya apa alasannya. Hal-hal pertang-

                                           328





        Cantik.indd   328                                                  1/19/12   2:33 PM
   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340