Page 330 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 330

Ma man Gendeng harus hidup dalam penantian sampai istrinya telah
                 cukup dewasa untuk disetubuhi. Aku belum tahu kapan, Shodancho,
                 kata Maman Gendeng, dan bukankah yang kau perlukan juga adalah
                 waktu yang merangkak, karena cepat atau lambat seorang perempuan
                 biasanya bertekuk lutut pada kesabaran. Setidaknya itulah yang sering
                 diceritakan orang-orang bijak yang telah bergaul dengan banyak pe-
                 rem puan dan telah menaklukkan banyak di antara mereka. Maka jika
                 kau bersabar, mungkin kau akan memperoleh buah ke sabaranmu. Pada
                 akhirnya istrimu, perlahan-lahan bagai lubang di batu yang dibuat oleh
                 tetesan air, menyerah pada kekeraskepalaannya sendiri dan sebaliknya
                 mulai jatuh cinta kepadamu. Kau tak perlu membujuk-rayu dirinya
                 untuk membuka pelindung kemaluan itu karena ia akan membukanya
                 sendiri untukmu pada suatu malam. Percayalah itu akan terjadi, Sho-
                 dan cho, karena tak ada perempuan yang begitu keras kepalanya sampai
                 mati sebagaimana tak ada lelaki seperti itu.
                    Kata-kata bijak Maman Gendeng yang aneh tersebut, yang diam-
                 diam masih ia benci karena dendam lama yang menyakitkan, sungguh-
                 sungguh telah menghibur hati Sang Shodancho, sehingga sejenak ia
                 bisa melupakan bagaimana kenikmatan tidur bersama istri sendiri,
                 kecuali pada satu kenangan manis ketika ia memerkosanya di gubuk
                 tempat markas gerilya.
                    Berbeda dari Sang Shodancho, Maman Gendeng sama sekali tak
                 terpikirkan olehnya untuk memerkosa istrinya sendiri. Mungkin jika
                 ia memintanya, Maya Dewi akan membuka pakaiannya dan berbaring
                 di atas tempat tidur menunggunya melompat dalam keadaan telanjang.
                 Tapi tidak, ia tak bisa melakukan kejahatan seperti itu pada seorang
                 gadis yang di matanya masih terus terlihat begitu mu ngil. Si bungsu
                 yang manis, begitu biasanya ia menyebut Maya Dewi ketika ia dulu
                 masih merupakan kekasih Dewi Ayu. Ia ber pikir, satu-satunya tugas ter-
                 penting sebagai seorang suami sekarang ini adalah memastikan bahwa
                 istrinya hidup berbahagia, membiarkan dirinya melatih diri sendiri
                 bagai mana menjadi seorang istri yang baik. Dan lihatlah betapa aku
                 bang ga pada istri kecilku, katanya selalu pada para sahabatnya, karena
                 pada umur dua belas tahun ketika aku mengawininya ia telah pandai
                 me  masak dan menjahit dan membereskan rumah dan pekarangan,

                                             323





        Cantik.indd   323                                                  1/19/12   2:33 PM
   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334   335