Page 341 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 341

mereka hanya berbincang-bincang berdua. Selebihnya berbicara de ngan
              roh-roh orang mati. Sisanya mungkin bicara dengan para pe ziarah, atau
              rombongan pengantar jenazah, atau kesempatan-ke sempatan langka
              bertemu tetangga yang jaraknya terhalang per kebunan cokelat dan
              kelapa.
                 Selain itu kehidupan mereka juga bisa dikatakan cukup makmur.
              Selain rumah yang telah disediakan kota untuk mereka, keluarga itu
              tak pernah kekurangan uang. Setiap hari hampir selalu ada peziarah,
              dan mereka selalu menyelipkan selembar dua lembar uang ke tangan
              Kamino. Orang berziarah pada hari ketujuh kematian seseorang, dan
              berziarah kembali pada hari keempat puluh, berziarah lagi pada hari ke-
              seratus kematian, dan pada hari keseribu kematian. Di awal bulan puasa
              mereka juga melakukan ziarah, dan setelah Lebaran orang-orang kadang
              berziarah juga. Karena banyak orang dimakamkan di sana, tak akan
              mengherankan jika setiap hari ada orang berziarah ke sana. Itu mem-
              buat kehidupan keluarga itu sesungguhnya tak ter lampau sunyi sama
              sekali. Mereka suka terhibur oleh kedatangan para peziarah tersebut.
                 Yang agak menjengkelkan mungkin gangguan hantu-hantu peng-
              huni kuburan. Mereka sama sekali tak jahat, tapi nakal. Mereka se-
              ring menggoda para pejalan kaki yang terpaksa lewat di tepi kuburan,
              dengan sekadar suara atau penampakan diri sebagai penjual ubi tanpa
              muka. Itu sering terjadi, hingga tak banyak orang mau lewat di sekitar
              tempat itu di malam hari, disebabkan godaan hantu tanpa muka yang
              mengerikan. Kamino dan Farida sering melihatnya, tapi mereka sudah
              sangat terbiasa, dan hanya mengusirnya seperti orang mengusir ayam
              yang masuk ke dapur. Tentu saja ada hantu-hantu jenis lain, namun
              seperti apa pun bentuknya, Kamino dan Farida telah dibuat kebal oleh
              godaan mereka. Bahkan kadangkala mereka balik menggoda.
                 Siang hari, jika tak banyak kesibukan, Farida masih sering duduk
              sendirian di samping kuburan ayahnya. Ia menempatkan sebuah kursi
              di sana tempat ia bisa duduk. Namun ketika usia kehamilannya sema-
              kin bertambah, duduk sedikit melelahkan, maka ia menggelar tikar
              dan berbaring di bawah naungan daun-daun kamboja. Ternyata itu
              tak bertahan lama, sebab angin laut yang sering menerbangkan pasir
              cukup mengganggu siapa pun yang berbaring di tanah. Maka Kamino

                                           334





        Cantik.indd   334                                                  1/19/12   2:33 PM
   336   337   338   339   340   341   342   343   344   345   346