Page 115 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 115

Ce r i t a   Ci n t a   E n r i c o

                 terakhir bahwa ia memang masih hidup. Dirinya sendiri. Jika
                 ibunya  masih  tidak  percaya  lagi,  berarti  memang  tidak  ada
                 yang bisa diperbuat.
                    Dan aku, sampai bertahun-tahun kemudian aku tidak tahu
                 bahwa gestapu bukanlah penyakit kulit.


                    aku masih terlalu kecil untuk bisa mengenali seluruh sau-
                 daraku. Kami tinggal beberapa malam di Surabaya, sebelum
                 berangkat ke Sumenep, kota tinggal nenek Kunti di Madura.
                 Utusan dari Madura datang mengunjungi kami di Surabaya.
                 Mereka terpana melihat ayah, memastikan bahwa itu memang
                 Muhamad  Irsad  yang  pergi  lima  belas  tahun  silam.  Kulihat
                 ayah membuka kancing atas, melonggarkan kemejanya, dan
                 mereka mengintip tahi lalat di bahu ayah. Setelah yakin, utusan
                 itu kembali ke Sumenep untuk mempersiapkan mental nenek
                 Kunti.  Begitulah,  akhirnya  ayahku  bertemu  kembali  dengan
                 ibundanya  dalam  perjumpaan  yang  sangat  mengharukan.
                 Teras  rumah  ala  indische  wohnhaus  itu  telah  penuh  orang.
                 Me reka memegangi nenek Kunti, yang telah berdandan sejak
                 pagi.  nenek  memakai  kebaya  putih.  Orang-orang  berdiri
                 menyambut  rombongan  kami.  ayah  dan  nenek  bertatap-
                 tapan beberapa saat. Kulihat ayahku bersungkem dan nenek
                 mengelus-ngelus  kepalanya  sebelum  mereka  berpelukan
                 sambil bercucuran airmata.














                                                                         109



       Enrico_koreksi2.indd   109                                     1/24/12   3:03:54 PM
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120