Page 122 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 122

a yu Utami

               tetapi aku tak bisa di sini selamanya. aku harus pergi. Terasa
               sesak.
                   aku telah punya SIM motor sekarang. lebih cepat daripada
               aturan—ayahku yang angkatan Darat punya sedikit kemewah-
               an untuk hal-hal yang begini. aku telah membantu Ibu men-
               jual telur dengan mengendarai Honda bebek kami. aku mulai
               mencari pasar sendiri untuk telur-telur kami yang kini se makin
               banyak. langganan baru yang pertama kudapat adalah toko
               kelontong a, yang hari itu pertama buka, di Jalan Imam Bonjol.
               nama itu, a, ternyata memiliki arti bagi hidupku nanti. Toko
               ini pun kelak menjadi pelanggan terbesar ibuku, sehingga aku
               lumayan bangga karena telah membukakan pasar baru, pasar
               utama pula. Ibu tentu saja tidak pernah memujiku. Ia merasa
               semua ini memang seharusnya. Pemilik Toko a adalah seorang
               pemuda  Tionghoa  sebaya  denganku.  aku  senang  padanya.
               Entah kenapa ia memantulkan keinginanku untuk merantau.
               Kubilang padanya aku akan meneruskan pendidikan ke ITB.
               Ya, di Bandung, kota yang tak sempat kukunjungi waktu aku
               ke  Jawa.  Ia  tampak  takjub.  Kampus  di  mana  presiden  per-
               tama  Indonesia  belajar  itu  terlalu  jauh  bagi  banyak  putra
               Padang. Tidak. Persisnya aku tidak ingin merantau. aku ingin
               meninggalkan kota ini tak untuk kembali.
                   ayam  kami  sekarang  sudah  lima  ratus  ekor.  Biaya  pen-
               didikanku telah dipenuhi oleh ayam-ayam itu, yang aku ikut
               merawat  dan  menjualkan  telurnya.  Ibuku  adalah  peternak
               yang  sangat  telaten.  ayam  kami  lebih  produktif  daripada
               yang  dituliskan  dalam  teori-teori.  Setiap  hari  tujuh  puluh
               persen ayam kami bertelur. Kami tak pernah kena kematian
               massal unggas. Ibu tahu mana ayam yang mulai sakit, dan ia
               akan  langsung  memisahkan  mereka  dari  yang  lain.  Banyak


           116



       Enrico_koreksi2.indd   116                                     1/24/12   3:03:54 PM
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127