Page 55 - Hujan bulan Juni Pilihan sajak by Sapardi Djoko Damono
P. 55

SETANGAN KENANGAN

               Siapakah gerangan yang sengaja menjatuhkan setangan di lorong yang berlumpur itu.  Soalnya,
               tengah malam ketika seluruh kota kena sihir menjelma hutan kembali, ia seperti menggelepar‐
               gelepar ingin terbang menyampaikan pesan kepada Rama tentang rencana ....




               SIHIR HUJAN


               Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan
               ‐‐ swaranya bisa dibeda‐bedakan;
               kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
               Meskipun sudah kau matikan lampu.

               Hujan, yang tahu benar membeda‐bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
               ‐ ‐ menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh waktu menangkap wahyu yang harus
               kaurahasiakan



               TAJAM HUJANMU


               tajam hujanmu
               ini sudah terlanjur mencintaimu:
               payung terbuka yang bergoyang‐goyang di tangan kananku,
               air yang menetes dari pinggir‐pinggir payung itu,
               aspal yang gemeletuk di bawah sepatu,
               arloji yang buram berair kacanya,
               dua‐tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
               deras dinginmu
               sembilu hujanmu


               TEKUKUR



               Kautembak tekukur itu.  Ia tak sempat terkejut, beberapa lembar bulunya lepas; mula‐mula
               terpencar di sela‐sela jari angin, satu‐dua lembar sambar‐menyambar sebentar, lalu bersandar pada
               daun‐daun rumput.  "Kena!" serumu.


               Selembar bulunya ingin sekali mencapai kali itu agar bisa terbawa sampai jauh ke hilir, namun angin
               hanya meletakkannya di tebing sungai.  "Tapi ke mana terbang burung luka itu?" gerutumu.

               Tetes‐tetes darahnya melayang : ada yang sempat melewati berkas‐ berkas sinar matahari,
               membiaskan wama merah cemerlang, lalu jatuh di kuntum‐kuntum bunga rumput.

               "Merdu benar suara tekukur itu," kata seorang gadis kecil yang kebetulan lewat di sana; ia merasa
               tiba‐tiba berada dalam sebuah taman bunga.
   50   51   52   53   54   55   56