Page 113 - oke mutiara kebun sawit
P. 113
politik padahal biasanya juga milih minum kopi kalo di
ajak demo.
“kau ini bicara apa. Ngawur, itu bukan
peninggalan penjajah memang manusia kita masih
begitu sudah lah ganggu saja.” Lanang mulai merasa
terganggu oleh ocehan Umar, berarti ini menjadi sebuah
langkah serius ku dalam memindahkan bidak catur.
Bidak-bidak catur terus berpindah tempat,
Lanang sudah terpojok oleh setiap langkahku dan ia
mengaku kalah. Diluar sepertinya mendung. Cuaca
akhir-akhir ini memang tak menentu, hujan biasanya
akan menambah deretan kopi di meja kami. Cuaca
seperti ini memang enak untuk dinikmati dengan
secangkir kopi, kemudian goreng pisang yang menyusul,
karena aku menang semuanya gratis urusan mereka
berdua soal membayar semuanya.
109 | M u t i a r a K e b u n S a w i t