Page 4 - Sinar Tani Edisi 4112
P. 4
4 Edisi 26 November - 2 Desember 2025 | No. 4112 Tahun LVI
Herbal,
Raksasa yang Tertidur ”Kemajuan itu tidak diikuti
Indonesia mempunyai kekayaan herbal yang luar panjang. UMKM juga punya peluang diversifikasi produk. Kita seperti
jalan di tempat. Sementara impor
biasa. Dari jahe, kunyit, kencur, hingga jeruk nipis, besar untuk mengolah produk tanaman obat, terutama yang non-
herbal menjadi suplemen, kapsul,
tradisional, malah naik dari 1.493 ton
menjadi bahan baku utama bagi pabrik herbal. atau kosmetik dengan nilai jual ke angka yang lebih besar,” tuturnya.
Kondisi
menunjukkan
ini
Komoditas herbal tersebut mempunyai peran tinggi. lemahnya fondasi industri herbal
penting menjadikan Indonesia sebagai produsen Jalan Sendiri-sendiri nasional. Ia pun berharap industri
Sementara itu, pemerhati herbal
herbal kelas dunia, sekaligus mendukung petani Iskandar Andi Nuhung menilai, herbal Indonesia tidak hanya fokus
mencari untung, tapi juga membawa
dan pelaku industri untuk terus berinovasi. meski Indonesia punya ribuan manfaat bagi masyarakat luas.
tanaman obat, tapi industrinya masih “Herbal bukan sekadar komoditas
berjalan masing-masing. Karena dagang. Ini ladang kebaikan, ladang
ndustri jamu dan herbal Indonesia Rempah, Obat, dan Aromatik (BRMP- itu, sudah saatnya negeri ini meniru kemanusiaan,” katanya.
menunjukkan geliat yang makin TROA), Selasa (11/11). Jepang dengan membangun Herbal Iskandar menegaskan
kuat. Permintaan terhadap bahan Indonesia memang kaya Incorporated, sebuah ekosistem pentingnya membangun ekosistem
baku alami meningkat tajam, akan tanaman obat. Berdasarkan besar yang menyatukan petani, herbal nasional yang melibatkan
terutama dari kelompok tanaman data BRIN, ada sekitar 2.850 peneliti, industri, dan pemerintah semua sektor, dari petani dan
Irimpang yang sudah lama dikenal spesies tanaman obat yang telah dalam satu visi. pelaku usaha, hingga Badan POM
sebagai warisan obat tradisional teridentifikasi, dengan lebih dari “Lihat Jepang, semua industrinya dan perguruan tinggi. Bagi Iskandar,
Nusantara. 22.000 ramuan tradisional tercatat. bergerak dengan visi yang sama. Ada gagasan “Herbal Incorporated”
Direktur Sayuran dan Tanaman Jahe, temulawak, kencur, sambiloto, Japan Employment Incorporated, bukan sekadar wacana, tapi arah
Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura pegagan, dan meniran, bahkan telah tidak ada pertentangan antara baru untuk menjadikan Indonesia
Kementerian Pertanian, Muhammad digunakan secara turun-temurun Toyota, Honda, atau Suzuki. Mereka pusat herbal dunia.
Agung Sunusi mengatakan, dalam pengobatan tradisional. satu visi, satu semangat. Inilah yang “Kalau semua jalan bersama, kita
setidaknya sepuluh jenis tanaman Data juga menunjukkan produksi belum dimiliki Indonesia. Sektor bisa mandiri, bisa ekspor, dan yang
obat yang kini paling banyak diburu nasional tanaman biofarmaka pada herbal nasional masih berdiri sendiri- paling penting bisa menyehatkan
industri dalam negeri. Rimpang jahe 2022 mencapai sekitar 861.000 sendiri, tanpa sinergi lintas pelaku,” bangsa sendiri. Kita tidak kekurangan
emprit menempati posisi teratas ton, dengan ekspor sekitar 279.300 tuturnya. bahan, tidak kekurangan akal, yang
dengan kebutuhan mencapai 1.901 ton, naik 5,5% dibanding tahun Iskandar menyebut data, dari kurang cuma kebersamaan. Kalau
ton per tahun, diikuti jahe merah sebelumnya. Namun, sebagian besar ratusan tanaman berpotensi obat, itu kita punya (kebersamaan, red),
yang dibutuhkan sekitar 864 ton. masih dijual mentah, sehingga nilai baru 63 jenis yang diinventarisasi, dan herbal Indonesia bisa sejajar dengan
Kencur juga masuk daftar ekonominya rendah. Nilai ekspor hanya 28 varietas dari 12 jenis yang Jepang, bahkan melampauinya,”
teratas dengan 705 ton, sementara jamu Indonesia pada 2021 tercatat sudah dilepas resmi sebagai varietas Deputi Bidang Pengawasan Obat
pegagan dibutuhkan 605 ton dan 41,5 juta dollar AS, masih kecil unggulan. Produksi tanaman obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
temulawak 483 ton. Sementara adas, dibanding potensi besar yang ada. pun baru sekitar 6.231 ton, jauh dari dan Kosmetik dari Badan POM,
kunyit, akar alang-alang, rimpang Untuk itu, Kepala BRMP target 5 juta ton pada tahun 2045. Mohamad Kashuri mengatakan,
lempuyang emprit, serta lengkuas Perkebunan, I Ketut Kariyasa “Artinya, kita punya kekayaan ke depan BPOM berencana
juga masuk dalam daftar bahan baku menekankan pentinya inovasi dan besar tapi belum digarap maksimal. menyusun Rencana Aksi Nasional,
yang permintaannya cukup tinggi, modernisasi. Proses modernisasi Kalau ini dibangun serius dan mengembangkan Center for Herbal
masing-masing mencapai ratusan mencakup penggunaan alat dikelola bersama, bisa jadi kekuatan Regulatory Science, digitalisasi
ton. dan mesin pertanian, termasuk besar bagi ekonomi dan kesehatan registrasi, dan memperkuat kerja
“Lonjakan permintaan ini tak digitalisasi, agar budidaya dan bangsa,” tegasnya. sama internasional.
hanya berasal dari industri besar, pengolahan tanaman herbal bisa Iskandar juga menyoroti Dengan inovasi regulasi yang
tetapi juga dari UMKM yang bergerak lebih cepat, lebih akurat, dan lambatnya perkembangan ekspor adaptif, kolaborasi solid, dan
di bidang jamu gendong, minuman menghasilkan produk berkualitas tanaman obat Indonesia. Setidaknya, digitalisasi, Kashuri mengatakan,
rempah, dan suplemen herbal tinggi. hanya lima besar komoditas ekspor Indonesia tidak hanya membangun
modern,” katanya saat Workshop Dengan modernisasi dan hilirisasi yang dari dulu itu-itu saja yakni, jahe, industri herbal, tapi juga masa
Herba Medika “The New Era of menurutnya, akan membuka jalan kunyit, kapulaga, dan jeruk nipis. depan kesehatan global. ”Regulasi
Downstream Processing for Herbs bagi petani untuk naik kelas: dari Padahal, menurutnya, angka ekspor seharusnya mendorong inovasi
and Medicinal Plants” di Balai produsen bahan mentah menjadi jahe sempat melonjak dari 24 ton berbasis bukti ilmiah, bukan menjadi
Perakitan dan Pengujian Tanaman bagian dari rantai nilai yang lebih menjadi 85 ribu ton. hambatan,” ujarnya. Gsh/Yul

