Page 50 - MODUL PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
P. 50
BAB XII
MULTIPLE INTELLIGENCY DAN PENGEMBANGANNYA
Sub Capaian Pembelajaran MK:
Setelah mempelajari topik ini mahasiswa mampu:
1. Menentukan metode-metode pengembangan aspek-aspek multiple
intellegency sesuai dengan tingkat perkembangan anak
2. Mengaitkan peran multiple intellegency dan perkembangan anak
Uraian Materi:
12.1 Peran multiple intellegency bagi perkembangan anak
Pada BAB sebelumnya sudah dibahas berkaitan dengan multiple
intellegency. Dimana kecerdasan dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Teori multiple intellegency berpengaruh
terhadap orientasi pembelajaran. Menurut teori ini, siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran jika materinya disajikan sesuai dengan inteligensi yang
menonjol dalam diri siswa. Karena itu, teori ini perlu dipahami guru untuk
memperkaya kompetensi yang dimiliki dalam rangka mempermudah
pencapaian tujuan Pendidikan.
Kekeliruan pandangan terhadap kecerdasan atau potensi yang dimiiki
anak didik oleh guru merupakan sesuatu hal yang fatal. Kekeliruan pandangan
ini memunculkan sikap meremehkan, merendahkan, dan menghambat kegiatan
dan perkembangan anak yang justru tidak disadari atau bahkan dianggap benar
oleh guru. Semisal, guru melarang bahkan memarahi ketika anak menjawab
soal yang diberikan, bermain di pasir, berdiam diri, dan memandangi awan.
Guru mungkin kurang menyadari bahwa pengalaman dimarahi, diremehkan,
dipermalukan, diancam, dan dibentak, sangat mungkin menjelma menjadi
pengalaman yang benar-benar menyakitkan dan melumpuhkan minat anak
terhadap sesuatu. Hal ini tentu akan berakibat terhambatnya potensi
kecerdasan yang dimiliki anak.
Setelah Horward Gardner mengumumkan teori Multiple Intelligences-nya,
anak dengan kecerdasan musik dan matematis mendapat perhatian (Musfiroh,
2016). Label negatif terhadap anak mulai dikaji ulang sebagai gaya atau
kecenderungan belajar. Anak yang banyak gerak, banyak bicara, suka
menyentuh benda-benda, berani berdekatan dengan hewan, suka menyendiri
tidak lagi diidentifikasi sebagai anak nakal atau berkelainan, tetapi justru
ditengarai sebagai anak yang cerdas. Hampir semua aktivitas yang dahulu
dinilai “nakal” dijelmakan menjadi indikator kecerdasan. Akibatnya, definisi
cerdas-tidak cerdas pun mulai dipertimbangkan. Sejak saat itu, mulai muncul
berbagai definisi setiap anak cerdas serta memiliki berbagai cara untuk menjadi
cerdas. Lebih lanjut Gardner bahkan mengatakan bahwa cara mudah
mengetahui kecerdasan anak adalah dengan memperhatikan “kenakalan-
kenakalan mereka”, yakni perilaku menonjol yang sangat dinikmati anak
(Musfiroh, 2016).
Paradigma multiple Intelligency bahwa semua anak memiliki kecerdasan
tertentu, dengan mengamati dan mengindentifikasi kecendrungan dan prilaku
yang menonjol. Kecerdasan yang menonjol yang ditemukan pada anak akan
dijadikan dasar dalam menyusun program mengembangkan. Jenis aktivitas
47