Page 52 - MODUL PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
P. 52
memanjat pohon (Beaty, 1998). Keterkaitan antara kemampuan motorik kasar
anak dengan multiple inteligences cukup relevan pada aspek kecerdasan
kinestetik tubuh, dengan potensi yang cenderung tampak adalah kelancaran
anak dalam melakukan gerakan-gerakan tertentu seperti naik dan turun tangga
dengan mudah, bergelantungan dan berayun tanpa mengalami kesulitan dan
kemampuan berjalan maju mundur dengan penuh kemudahan, yang cukup
penting dicermati adalah aktivitas gerak motorik yang dilakukan pada kegiatan
bermain tampak begitu menyenangkan dan menggembirakan, sehingga anak
melakukan dengan bebas, gembira, dan spontan.
b. Multiple inteligences dan pengembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak
dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk
koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari
jemari (Beaty, 1998). Caranya, anak dilibatkan dalam kegiatan, seperti (a)
menghadapi objek-objek kecil yang harus mereka hitung atau pisah-pisahkan,
papan bongkar-pasang dan manik-manik yang mereka rangkaikan, (b) pakaian,
resleting, kancing, dan dasi untuk permainan memakai pakaian dan
sebagainya. Kemampuan motorik halus ini menjadi jembatan bagi anak untuk
mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan
kinestetik tubuh (Moleong, 2004). Secara aspek sosial tentunya kematangan
kemampuan motorik halus anak membantu mereka menanamkan citra diri yang
positif dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungannya.
2. Multiple inteligences dan Pengembangan Kemampuan Bahasa
Kemampuan mengucapkan bahasa merupakan salah satu keterampilan
yang berlaku penting dalam keseluruhan kehidupan anak. Kemampuan
berbahasa akan menjadi modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi
dengan teman, guru dan juga orang dewasa lain yang ada disekitarnya
minimalnya sebelum memasuki pendidikan formal anak sudah memiliki
kemampuan berbahasa dalam satu bahasa “ibu” (Asmawati, 2017). Konsep
multiple Intelligency yang sangat memperhatikan kekhasan individu anak,
mendorong pendidik untuk menciptakan situasi yang mendukung bagi anak-
anak yang enggan berbicara di depan sebuah kelompok kecil, termasuk
mereka yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
Kegiatan-kegiatan kolaborasi yang interaktif, yang merupakan kegiatan
multistimulasi, seperti permainan drama dan membuat rumah-rumahan, atau
bermain pasar-pasaran, mengandung banyak kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa. Anak-anak berlatih bernegosiasi
mengenai perspektif-perspektif yang berbeda dan meniru apa yang dikatakan
dan dilakukan orang dewasa. Dengan memahami arti penting permainan drama
bagi perkembangan bahasa, dan kemampuan berkomunikasi anak, pendidik
akan secara aktif mendorong dan memperluasnya lewat berbagai macam
strategi (Bredekamp & Copple, 1997).
3. Multiple inteligences pengembangan sosial-emosional
Perkembangan sosial dimulai sejak dini pada masa kanak-kanak dengan
munculnya senyuman sosial. Di sinilah peranan penting guru dalam
pengembangan sosial anak. Kecerdasan intrapersonal, interpersonal, serta
eksistensial harus dirangsang agar pendidik mampu merangsang
49