Page 158 - PDF Compressor
P. 158

memahami  posisi  nara  sumber  atau  sumber  berita,  apakah  ia  bisa
                     diinformasi  secara  terbuka  kepada  khalayak  atau  sebaliknya  cukup
                     inisial, gambar belakang, dibluring, atau lainnya. Berita yang diturunkan
                     tidak  boleh  merugikan  atau  membahayakan  narasumber  atau  sumber
                     berita.
                          Aman yang keempat, wartawan harus meyakini bahwa berita yang
                     diturunkannya  melalui  media  massa  aman  bagi  perusahaannya  tempat
                     bekerja. Banyak contoh yang dapat dijadikan catatan, karena pemberitaan
                     wartawan  yang  salah  atau  keliru,  kantor  redaksi  menjadi  korban,
                     misalnya,  dilempari  massa  atau  bahkan  didenda  lewat  putusan
                     pengadilan karena gugatan pihak lain.
                          Bagaimana  agar  keempat  aman  tersebut  dapat  terpenuhi  ketika
                     wartawan menulis berita, maka ia harus tahu dan paham berbagai aturan
                     terkait penulisan berita yang dipublikasikan, baik dalam bentuk undang-
                     undang  atau  peraturan  lainnya,  termasuk  di  dalamnya  kode  etik
                     jurnalistik. Kendati  bukan  sarjana  hukum,  wartawan  tetap  harus  melek
                     hukum,  minimal  hukum  atau  aturan  yang  terkait  dengan  tugas
                     pokoknya.
                          Yang dimaksud B dalam rumus di atas adalah Bisnis. Wartawan era
                     kekinian  tidak  diharamkan  berbisnis.  Namun,  yang  dimaksud  bisnis
                     dalam rumus ini adalah berita yang diturunkan oleh wartawan tersebut
                     harus  marketable.  Media  massa  yang  memuat  berita  tersebut  harus
                     diuntungkan  secara  ekonomis,  misalnya,  pemberitaan  wartawan  dapat
                     berdampak pada kenaikan oplag: Koran menjadi laku. Kalau di lembaga
                     penyiaran ratingnya menjadi tinggi.
                            Selain  rumus  unsur  penulisan  berita,  sejumlah  ilmuwan  banyak
                     merumuskan  model  penyajian  berita  agar  memiliki  nilai  kemenarikan
                     atau  merangsang  syahwat  pembaca  atau  penonton.  Menurut  Padje
                     (2008:136), model penulisan berita sesungguhnya lebih dipengaruhi oleh
                     visi-misi dari surat kabar yang bersangkutan dan target konsumen yang
                     sudah  ditetapkan.  Sementara  itu,  kesamaan  dalam  tekhnik  penulisan
                     berita  antar  surat  kabar  hanya  terletak  pada  pola  yang  selalu
                     menggunkan model piramida terbalik:















                                                       156
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163