Page 156 - PDF Compressor
P. 156
Rumus 5 W + 1 H di atas merupakan unsur dari sebuah lead yang
lengkap. Namun bila hanya sekedar melihat itu saja belum cukup. Lead
yang baik antara lain membutuhkan selektivitas, yaitu penentuan tentang
unsur apa saja yang penting (Weinberg,1996:78).
Untuk mempermudah pemahaman di atas marilah kita ambil
contoh peristiwa ledakan bom (Apa) yang terjadi di sebuah tempat
hiburan (Bagaimana) di Legian Kuta Bali (Dimana) oleh Teroris (Siapa)
yang membenci orang-orang asing terutama Amerika dan Australia
(Mengapa) pada Malam hari (Bilamana) tatkala tempat hiburan itu
dikunjungi banyak turis dan menewaskan sedikitnya 200 pengunjung
(Siapa). Bagaimana menyusun Lead berita ini berdasarkan unsur-
unsurnya yang paling penting.
Unsur-unsur berita yang manapun di antara enam itu dapat
dijadikan batu loncatan untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita.
Semasa diperkenalkan Kipling penulisan berita cukup memuat unsur 5 W
+ 1 H, tetapi kini unsur tersebut tidak cukup, perlu ada tambahan unsure
so What yaitu, hal-hal yang terkait dengan kedalaman implikasi suatu
peristiwa. Hal ini dilakukan sebab biasanya suatu peristiwa tidak berdiri
sendiri. Ia acapkali memiliki hubungan dengan peristiwa lainnya atau
berhubungan dengan perkembangan yang menjadi perhatian
masyarakat. Kata-kata pembuka berita bisa memilih ‘w’ atau mana saja
yang diinginkan , misalnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut: What (apa yang terjadi?) Who (Siapa yang terlibat?) When (Bilamana
Terjadi?) Where (Dimana terjadinya?) How (Bagaimana terjadinya?) atau
Why (Mengapa bias terjadi?) (Charnley, 1975:97).
Pernyataan di atas sesungguhnya telah menegaskan bahwa tidak
ada formula apapun yang bisa menjamin terciptanya lead yang bagus.
Wartawan yang berpengalaman akan dapat ‘merasakan’ lead yang bagus
ketika ia menemukannya. Ia akan menyusunnya dan ‘menggosokkanya’
dengan hati-hati di dalam pikirannya sebelum ia menuliskannya di dalam
komputer.
Jika wartawan tidak puas dengan hasil tulisannya, biasanya dia
akan menghapus dan mencoba untuk menulis kembali. Hal ini dilakukan
karena dia mengetahui bahwa sekali dia dapat membuat lead yang bagus
selebihnya akan ‚bercerita sendiri‛.
Dengan indra keenamnya yang terlatih, biasanya wartawan dapat
‘merasakan’ irama, kegaringan, ‘cantelan’ berita dan dampak dramatik
dalam lead yang bagus dan kuat. Wartawan telah belajar bagaimana
‘mengambil jarak’ dari suatu kisah berita agar ia dapat
mengkristalisasikan dalam pikirannya tentang pentingnya berita itu dan
154