Page 196 - PDF Compressor
P. 196

pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya : 1. Hati-hati, 2.
                     Normatif  3.  Cenderung  konservatif,  4.  Sedapat  mungkin  menghindari
                     pendekatan kritis yang tajam, 5. Pertimbangan aspek politis lebih besar
                     dari aspek sosiologis.
                            Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah
                     (middle-low  media)  berlaku  sebaliknya.  Ciri  tajuk  rencana  pers  papan
                     tengah adalah : 1. Lebih berani, 2. Atraktif, 3. Progresif, 4. Tidak canggung
                     untuk  memilih  pendekatan  kritis  yang  bersifat  tajam  dan  ‚tembak
                     langsung‛, 5. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan
                     politis (Rosyid,2009).
                            Perbedaan  yang  cukup  tajam ini  karena  perusahaan  pers  papan
                     atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada
                     pers  papan  tengah  ke  bawah.  Kepentingan  yang  sifatnya  jauh  lebih
                     kompleks  itulah  yang  mendorong  pers  papan  atas  untuk  lebih
                     akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta
                     pernyataan  pendapat  dan  sikap  resmi  dalam  tajuk  rencana  yang
                     dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat
                     modal  sekaligus  padat  karya.  Kecenderungan  perbedaan  yang  dimiliki
                     oleh  pers  baik  papan  atas  maupun  papan  bawah  ini  juga  berlaku
                     universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideologi
                     serta kepentingan yang berbeda-beda.
                            Sementara itu,  Rosihan Anwar dalam bukunya berjudul: ‚Bahasa
                     Jurnalistik‛ (1984: 13) pernah memberikan patokan standar dalam menulis
                     karya jurnalistik, yaitu harus mematuhi aturan pokok : Gunakan kalimat
                     pendek;  Gunakan  bahasa  yang  mudah  dipahami;    Gunakan  bahasa
                     sederhana  dan  jelas  pengutaraannya;  Gunakan  bahasa  tanpa  kalimat
                     majemuk;  Gunakan  bahasa  berkalimat  aktif,  bukan  pasif;  Gunakan
                     bahasa kuat dan dan padat; Gunakan bahasa positif  bukan negatif.
                            Ashadi  Siregar  dalam  buku  bertajuk  ‚Menjadi  Penulis  di  Media
                     Massa‛ (1993; 28) mengungkapkan, untuk menilai layak tidaknya sebuah
                     artikel  dimuat;  setiap  redaktur  koran  memperhatikan  faktor  aktualitas.
                     Daya  tarik  sebuah  opini—salah  satu  pusatnya—terletak  pada  sajian
                     informasi  terbaru  yang  diwacanakan  penulis.  Semakin  baru  informasi
                     (fresh  and  hot  information)  yang  ditampilkan,  umumnya  jarang  pula
                     penulis yang mengupas tentang tema itu. Berdasarkan analisis jurnalistik,
                     jenis  tulisan  macam  itulah  yang  dinantikan  pihak  redaksi  koran-koran
                     ternama.
                            Namun,  sering  kali  rubrik  opini  dalam  banyak  media  massa
                     nasional maupun lokal diisi oleh orang-orang yang telah memiliki nama
                     atau  terkenal,  bisa    politikus,  pakar,  praktisi,  ataupun  lainnya.  Untuk
                     pemula  ketika  membuat  opini  terdapat  beberapa  cara,  di  antaranya:  1)
                                                       194
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201