Page 114 - BUMI TERE LIYE
P. 114
TereLiye “Bumi” 111
AMU tidak bisa menghilangkan sesuatu yang sejatinya sudah
tidak kasatmata, Nak.” Sosok tinggi kurus di dalam cermin tertawa pelan.
Aku tidak mengerti kalimatnya, tapi itu tidak masalah, karena aku juga
tidak peduli padanya sekarang. Si Putih mengeong pelan di gendonganku,
meringkuk memasukkan kepalanya. Aku masih bersandarkan dindin g
kamar.
Sosok tinggi kurus itu bergumam. Tangannya terangkat se-dikit
seperti menggapai udara. Lantas suara sesuatu, seperti ge-lembung air
pecah, terdengar pelan. Si Hitam, entah dari mana datangnya, sudah berada
di pangkuannya, dengan bentuk nor-mal, menggeram panjang.
”Tetapi ini sungguh menarik. Pertunjukan yang hebat.” Sosok tinggi
kurus itu mengelus tengkuk si Hitam. ”Kamu berhasil menghilangkan
kucingku. Kamu tahu, sejenak aku hampir khawatir, kucingku hilang
sungguhan.”
”Kamu, siapa pun kamu, pergi dari kamarku!” Suaraku mendesis
galak, tidak peduli dengan tawa berguraunya.
”Kita sedang berlatih, Nak. Aku sedang melatihmu. Bagai mana
mungkin kamu mengusirku?” Sosok tinggi kurus itu menggeleng. ”Soal
kucingmu tadi, aku minta maaf. Aku tahu itu sedikit berlebihan, tapi itu
terpaksa kulakukan. Kita tidak akan pernah tiba di level berikutnya kalau
tidak dipaksa.”
”Aku tidak peduli!” aku membentaknya, memotong. ”Kamu pergi dari
kamarku. Sekarang!”
Hujan di luar semakin deras, boleh jadi Mama di bawah jatuh tertidur
sambil menonton televisi, sehingga tidak mendengar keributan di kamarku.
Atau boleh jadi Mama memang tidak bisa mendengar kejadian di dalam
kamar.
http://cariinformasi.com