Page 192 - BUMI TERE LIYE
P. 192
TereLiye “Bumi” 189
”Mereka datang dari jauh, Nak. Kemungkinan dari luar negeri,” Ilo
menjelaskan. ”Kamu lihat, dua kakak yang lain juga tidak bisa bicara dengan
kita. Bahasanya berbeda.”
Ou mengangguk-angguk menggemaskan.
”Sebenarnya masalah teknis lorong berpindah ini tidak sekecil yang
dibicarakan orangorang kota. Ini masalah serius.” Ilo menghela napas,
sudah lompat lagi ke topik berikutnya. ”Lorong itu tidak hanya mengir im
orang-orang ke tempat yang salah. Ter-sesat. Kacau-balau. Kalian tahu,
beberapa hari lalu, aku bah-kan menemukan banyak benda aneh di kamar
tidur Ou. Aku sama sekali tidak mengenali barang tersebut.”
Aku hampir tersedak. Benda aneh? Tiba-tiba aku memikirkan sebuah
kemungkinan.
”Boleh kami melihatnya?” aku bertanya senormal mungkin.
”Kenapa tidak?” Ilo mengangkat bahu. ”Sebentar, akan kuambilkan .”
Ilo beranjak berdiri, melangkah ke lemari di pojok dapur.
”Dia mau ke mana?” Ali bertanya—seperti biasa ingin tahu dan
mendesak diterjemahkan.
Aku tidak segera menanggapi Ali. Aku menatap Ilo yang kem-bali
membawa sesuatu.
Ya ampun! Aku hampir berseru saat benda-benda itu diletak-kan di
atas meja makan. Naluriku benar. Aku mengenalinya. Itu novel milikku,
flashdisk, peniti, kancing baju, tutup bolpoin, semua benda yang
kuhilangkan malam sebelumnya. Ilo meletak-kannya di atas meja.
”Kalian pernah melihat benda seperti ini?” Ilo menunjuk kancing baju.
”Entahlah dari mana datangnya, tibatiba muncul begitu saja di meja
belajar Ou. Lihat, yang satu ini sepertinya buku. Tetapi bentuknya aneh,
bukan? Aku juga tidak mengenali tulisan di dalamnya. Huruf-huruf yang
aneh.” Ilo mengangkat novelku, membuka sembarang halamannya,
memperlihatkannya kepada kami.
http://cariinformasi.com