Page 206 - BUMI TERE LIYE
P. 206
TereLiye “Bumi” 203
Itulah kenapa aku harus mengunjungi Bagian Ter-larang perpustakaan
kota.”
”Kamu seharusnya tahu, kamu membutuhkan surat berisi persetujuan
seluruh Komite Kota untuk bisa masuk ke dalam bagian itu, Ilo.” Orang tua
itu menggeleng. ”Tanpa izin itu, tidak ada satu pun yang bahkan bisa berdiri
sepuluh langkah dari pintunya dengan selamat. Bagian itu dilindun gi
seluruh sistem keamanan gedung, disegel dengan kekuatan tertentu, dan di
atas segalanya, aku menjaganya dengan nyawaku sendiri.”
Sesaat aku seperti bisa melihat wajah orang tua ber-pakai-an abu- abu
itu tampak begitu berwibawa. Bola matanya yang me-natap tajam bersinar.
Ilo meremas jemarinya, menoleh padaku. ”Ra, kamu keluarkan buku
PR matematika itu.”
Aku mengambil buku PR matematika dari ransel yang dibawa Ali. Ilo
tidak sabar menunggu, menerima buku itu dengan tangan bergetar — seperti
khawatir disetrum lagi. Ilo menyerah-kan buku itu kepada orang tua di
hadapannya.
”Ini buku apa?” Orang tua berpakaian abuabu itu menatap Ilo.
”Kamu periksa saja. Itu tiketku untuk masuk ke dalam Bagian
Terlarang.”
”Ini hanya sebuah buku tulis biasa, Ilo.”
”Kamu periksa saja lebih detail.” Ilo menggeleng tegas.
”Baik, mari kita lihat.” Orang tua itu mengangguk takzim.
Aku memperhatikan.
Orang tua berpakaian abu-abu itu mulai memeriksa. Dia tidak
membuka sembarang halaman, mencoba menggurat tulisan seperti yang
dilakukan Ilo. Dia menghela napas sebentar, kemudi-an bergumam pelan,
mengucapkan sesuatu, mengusap lembut buku bersampul kulit dengan
http://cariinformasi.com