Page 210 - BUMI TERE LIYE
P. 210

TereLiye “Bumi” 207



                         ”Dia  bilang  Ilo  adalah  cucu  dari  cucu  cucunya.”

                         Ali  dan  Seli  menatapku  tidak  mengerti.


                         ”Dan  tentu  saja  kamu  fasih  berbicara  bahasa   kami.”   Av  me-natap-ku
                  lamat­lamat.  ”Kemampuan  itu melekat  saat kamu  di­lahir­kan.  Juga  seluruh
                  kekuatan  lain,  kamu  peroleh  sejak  lahir.”

                         Ruangan  pengap  itu  lengang  sejenak.

                         ”Apakah  kamu  tahu  siapa  dirimu,  Nak?”  Av bertanya  lem­but.

                         Aku  menggeleng  pelan,  tidak  mengerti.  Tadi  aku  sudah  me-nyebut
                  namaku.  Kalau  hal  tersebut  ditanya  lagi,  berarti  itu  bu-kan  jawaban  yang
                  diharapkan.


                         ”Baik.  Akan  kujelaskan  masalah  ini.”  Av  melangkah  ke  lemari  di
                  dinding  ruangan.

                         Kami  memperhatikan.

                         Av  kembali  dengan  membawa  salah  satu  gulungan  besar.  Dia
                  meletakkan  gulungan  itu  di  atas  meja,  menepuk  debu  tebal,  mem-buat
                  gambar  di atas  gulungan  lebih  bersih.


                         Aku  tahu  itu  apa  meski  warnanya  sudah  kusam,  ujung-ujun g
                  kertas-nya  robek,  dan  gambarnya  amat  sederhana.  Saat  dihampar-kan  di
                  atas  meja,  aku mengenalinya,  itu peta  Bumi  ber-ukuran  besar.

                         ”Kalian  di  dunia  sana  menyebut  dunia  ini  dengan  sebutan  ‘Bumi’,
                  bukan?”


                         Dunia  sana?  Tapi  aku memutuskan  mengangguk,  tidak  banyak   tanya.

                         ”Inilah  peta  Bumi  itu  yang  dibuat  puluhan  ribu  tahun  lalu.”  Av
                  mengetuk  peta  itu  pelan.  Garis-garis  peta  mulai  bersinar,  membuat  lebih
                  jelas  bentuk  benua,  pulau,  dan  sebagainya.


                         ”Sejak  kecil,  kamu  selalu  bilang  dunia  ini  tidak  sese­derhana  yang
                  kamu  lihat,  bukan?  Kamu  bilang,  dunia  ini  seperti  game  yang  jago  kamu








                                                                            http://cariinformasi.com
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215