Page 50 - BUMI TERE LIYE
P. 50

TereLiye “Bumi” 47






                              APA  baru  pulang  lewat  pukul  sepuluh.  Aku  yang  belum  tidur,
                  meski  sudah  mematikan  lampu  sejak   tadi,   bergegas   turun   saat menden gar
                  mobil  memasuki  garasi.  Aku  menempelkan  ke-dua  telapak  tangan  ke wajah,
                  mengintip  dari  sela  jemari,  berdiri  di  anak  tangga.


                         ”Papa  minta  maaf,  Ma.”  Suara  Papa  terdengar  lelah,  menyeka   rambut
                  di  dahi.  ”Hari  ini  di  pabrik  kacau  sekali.

                         ”Tadi  pagi  Papa  buru­buru  berangkat  ke  kantor,  karena  jadwal
                  pengoperasian  mesin  yang  dibeli  enam  bulan  lalu  itu  ternyata  dimajukan
                  hari  ini.  Pemilik  perusahaan  mengajak  beberapa  mana-jer  senior  ke  pabrik ,
                  melihat  seberapa  baik  mesin  itu  bekerja.”


                         Papa  mengembuskan  napas,  mengempaskan  tubuh  di  sofa,   me-lepas
                  sepatu.  ”Setengah  jam  pertama,  mesin  itu  sepertinya  tidak  bermasalah,
                  bahkan  sangat  prima,  tapi  entah  kenapa,  persis  saat   kami  akan  kembali  ke
                  kantor,  salah  satu  sabuk  mesin  terlepas.  Itu  mesin  pencacah  raksasa,
                  terbayang  saat  sabuk  dengan  lebar  se-tengah  meter,  panjang  tiga  puluh
                  meter,  terlempar  begitu  saja  ke  udara.    Sebelas  karyawan  luka  parah
                  seketika,  dilarikan  ke  rumah   sakit.   Belasan   lain   luka  ringan,  terkena  bahan
                  mentah  yang  seperti  peluru  ditembakkan  ke  segala  penjuru.  Rombon gan
                  dari  kantor  beruntung  ada  di  boks  terlindung  kaca,  hanya  dindingnya  yang
                  retak.”

                         ”Tapi  tidak  ada  yang  meninggal,  kan?”  Mama  bertanya  pri­hat in,

                  membantu  membereskan  sepatu  dan  kaus  kaki  Papa.

                         Papa  menggeleng.  ”Tetap  saja  itu  kecelakaan  paling  serius  yang
                  pernah  terjadi.  Operasional  pabrik  terpaksa  dihentikan  hingga  mesin  itu
                  diperbaiki,  kemungkinan  hingga  seminggu  ke  depan.  Dan  itu  otomat is
                  berarti  Papa  harus  berangkat  pagi  pu-lang  malam  seminggu  ke  depan.
                  Semua  ini  benar-benar  seperti  di luar  akal sehat.  Itu mesin  baru.  Teknisi  bule
                  yang  memasang-nya  bahkan  masih  ada  di  pabrik.  Sabuk  setebal  itu  putus
                  begitu  saja,  seperti  ada  yang  memotongnya  dengan  benda  tajam.”











                                                                            http://cariinformasi.com
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55