Page 75 - BUMI TERE LIYE
P. 75

TereLiye “Bumi” 72



                  sakti  atau  menatap  buku  diary  penuh  rahasia  dalam  drama  Korea  yang
                  sering  ditontonnya.

                         ”Tidak  tahu.”

                         ”Ini  sungguhan  buku  PR­mu,  kan?”

                         ”Ya iyalah.”  Aku  tertawa.  ”Tidak  usah  di­pelototi.  Nanti  ter­bakar.”


                         ”Dia  tidak  bicara  sesuatu,  kan?  Maksudku,  kamu  tidak  kenapa­
                  kenapa, kan? Seharusnya kan guru BP yang datang kalau kamu kenapa-
                  napa, kan ya? Eh?”

                         ”Cuma  mengantarkan  buku  PR,  Seli.”  Aku  mengangkat  bahu,
                  mengembuskan  napas.  ”Tidak  ada  yang  lain.  Aku juga  tidak  tahu  kenapa  dia
                  harus  mengantarkannya  langsung.  Jangan-jangan   habis   dari   rumahku,  dia
                  ke rumahmu,  mengantarkan  buku  PR  berikutnya.”


                         ”Jangan  bergurau,  ah.”  Seli  masih  melotot.


                         ”Siapa  yang  bergurau?”  Aku  nyengir  lebar.

                         ”Aku  serius  nih,  Ra,  kenapa  Miss  Keriting  ke  sini?  Jangan­jan gan
                  kamu  merahasiakan  sesuatu,  ya?” Seli  menyelidik,  ingin   tahu—sudah   mirip
                  kelakuan  Ali.

                         ”Kalian  mau  minum  apa?”  Suara  Mama  memotong  bisik-bisik  Seli.

                  ”Mau  Mama  buatkan  pisang  cokelat  dan  jus  buah?”

                         ”Eh,  selamat  siang,  Tante.”  Seli  menoleh,  buru­buru  meng­angguk ,
                  lupa  belum  menyapa  tuan  rumah,  padahal  sudah  sejak  tadi  rusuh  masuk   ke
                  ruang  tamu.  ”Apa  saja,  Tante,  asal  jangan  me­repotkan.”


                         Mama  tersenyum.  ”Tidak  merepotkan  kok.”

                         ”Apa  saja,  Ma.  Asal  yang  banyak.  Soalnya  Seli  suka  makan.”  Aku
                  tertawa,  menambahkan.


                         Seli  menyikut  lenganku.  Sebal.

                         Mama  ikut  tertawa.  ”Nah,  selamat  belajar  ya. Mama  ke bela­kang
                  dulu.”





                                                                            http://cariinformasi.com
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80