Page 37 - PDF Compressor
P. 37

sale is. Harris, on the other hand, menghafal mati rute menuju
                Circuit  Park  (a.k.a  Marina  Bay  Circuit)  baik  dengan  taksi,
                MRT,  atau  shuttle  bus  yang  terdekat  dengan  setiap  posisi
                grandstand,  hasil  selama  sebulan  makan  gaji  buta  di  kantor
                karena  sebagian  besar  waktunya  dihabiskan  dengan  surfing
                official website F1 Singapore. Untuk manusia-manusia normal
                lain seperti aku yang memilih untuk bekerja dengan rajin dan
                tekun  di  kantor  dan  antikorupsi  waktu  seperti  si  Harris
                (betapa bangganya bosku kalau membaca ini ya), di sisi bela-
                kang daily pass—berbentuk kartu plastik dengan lanyard yang
                kini  tergantung  manis  di  leherku  dan  Harris—juga  telah
                dicantumkan gate terdekat lengkap dengan peta mini sirkuit
                dan  MRT  exits.  Praktis  banget,  kan?  I  love  Singapore  public
                transport system!
                  Normally, I would complain about the amount of walking we   35
                have to do here. Harris dan Ruly sering sebal kalau mengajak-
                ku jalan kaki dari gedung kantor kami di kawasan SCBD ke
                Pacific Place untuk makan siang—15 menit jalan kaki di ba-
                wah terik matahari dan asap knalpot Jakarta—dan aku mere-
                ngek kepanasan, pegal, berpeluh bau matahari, dan mencetus,
                ”Look what you’ve done to my expensive stilettos!” Ruly—being
                the  calm  guy  that  he  is—biasanya cuma senyum-senyum, se-
                mentara Harris balas mencetus, ”IYAAA, NTAR PULANG-
                NYA NAIK TAKSI!”
                  Hari ini, walaupun mungkin aku dan Harris sudah berjalan
                kaki sekian kilometer—who’s counting?—belum ada kata-kata
                keluhan  yang  meluncur  dari  mulutku.  What  can  I  say,
                Singapore  is  so  much  fun  for  pedestrians. Tidak  ada  kemung-
                kinan menginjak ludah—I hate that about streets in Jakarta—
                dan sepanjang jalan aku memang sibuk sendiri menjepret-jep-
                ret kamera, candid shots kehidupan orang-orang yang kulihat








        Isi-antologi.indd   35                                       7/29/2011   2:15:15 PM
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42