Page 38 - PDF Compressor
P. 38
sepanjang perjalanan, and of course ”engineered” candid shots of
Harris. When I said ”engineered”, maksudnya sebenarnya
Harris berpose ala candid sok cool dan aku dipaksa memotret-
nya.
Tapi harus kuakui, Harris hari ini… ya bolehlah. Tubuhnya
yang tinggi tegap dibungkus T-shirt putih bergaris blue cross
seperti bendera Finlandia dan tulisan Raikkonen, celana pen-
dek khaki selutut, dan brown leather Puma sneakers tanpa kaus
kaki. Pandangan matanya yang tajam ditutupi sunglasses Tag
Heuer—produk yang di-endorsed oleh Kimi juga, pembalap
favoritnya. Ganteng-ganteng atletis.
Craaaaap, I started to sound like one of his fans. Males banget.
Anywaaaaaaay… kenyamanan jalan kaki menuju sirkuit itu
bebas dari sengatan terik matahari: perjalanan sejak turun
dari MRT menuju exit cukup kami jalani di underpass
36
(hallway bawah tanah) yang menjadi basement mal di atas-
nya—I actually picked up a couple of tanktops on the way.
Suasana F1 semakin kental terasa saat hampir separuh
orang-orang yang berkeliaran di MRT dan underpass ini telah
mengalungkan daily pass di leher mereka. Orchard is practically
the same. Memang kali ini Singapura dibanjiri bukan oleh
shopaholic beratribut high-end handbags di tangan kanan dan
belasan shopping bag berlabel berbagai nama desainer di ta-
ngan kiri—walaupun masih banyak ibu-ibu bertampang
Indonesia ber-jeung-jeung ria ngantre di depan Louis Vuitton
di ION (hari gini ya, masih aja, nggak pernah dengar Bottega
Veneta ya, ibu-ibu? Sorry, LV addicts everywhere, I’m just not
into handbags with other person’s initials on them).
Cukuplah ya membahas tante-tante penggemar LV ini,
back to the die-hard F1 fans who are all looking sharp today.
Beberapa bahkan go the extra mile dengan mengenakan kaus
Isi-antologi.indd 36 7/29/2011 2:15:15 PM