Page 97 - PDF Compressor
P. 97

krong  di  patio  belakang  rumahnya  yang  segar  dan  sejuk  di-
                naungi pohon-pohon rindang. Hujan telah deras mengguyur
                Jakarta saat dia mengeluarkan Riesling dari kulkas.
                  ”Wine?” dia menawarkan menuangkan ke gelasku.
                  ”Siang-siang bolong?”
                  ”Dingin, Nyet. Udah hujan petir menyambar-nyambar be-
                gini,” dia duduk di sebelahku.
                  ”Nggak usah deh, gue nyetir, Din. Pusing ntar,” aku meno-
                lak. ”Ada teh atau jus aja nggak lo?”
                  Merepetlah  si  Dinda  atas  pilihanku  yang  katanya  cemen.
                Ya terserahlah, aku cuma... Okay, this is going to sound weird.
                Or desperate. Tapi aku belum pernah menyentuh alkohol lagi
                sejak kembali dari perjalanan keparat di Singapura tiga bulan
                yang lalu. Dan sudah lama banget sejak aku dan Dinda ngob-
                rol-ngobrol panjang seperti ini. Terakhir kali? Juga tiga bulan   95
                yang lalu, di malam setelah aku mendarat dan merasa ingin
                mati saja.
                  ”Key,  Harris  gimana?”  Dinda  menoleh  ke  arahku  sambil
                menyesap wine-nya.
                  ”Kita nggak akan bahas tentang ini lagi kan, Din?” aku me-
                noleh balik ke arahnya, malas.
                  ”Gue cuma nanya, Key.”
                  Nggak ada yang harus dibahas lagi juga. Dinda sudah de-
                ngar semuanya sebenarnya. Mau diceritain lagi di sini, dengan
                soundtrack  suara  hujan  ini?  Atau  perlu  kita  putar  sekalian
                Only Happy When It Rains-nya Garbage biar lebih dramatis?
                Mau diulangi lagi setiap kata-kata yang keluar dari mulutku
                saat aku menelepon Dinda terisak-isak, nggak peduli saat itu
                sudah  jam  satu  dini  hari  waktu  Australia?  Mau  bahas  lagi
                tentang bagaimana Harris—the womanizing asshole Harris—
                berani-beraninya mendatangi apartemenku berkali-kali setelah








        Isi-antologi.indd   95                                       7/29/2011   2:15:18 PM
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102