Page 100 - PDF Compressor
P. 100
”Hahaha, elo itu jadi cranky begini ya sejak nggak minum
lagi, Nyet?”
Aku tertawa. Gotta love this foul-mouthed best friend of mine.
Untunglah Dinda akhirnya dipindahkan ke Jakarta lagi, aku
memang udah benar-benar hampir mati gaya sejak persahabat-
anku dan Harris sudah ke neraka. No more Thursday Night
Wine-Wine Solution. Ruly masih sibuk dengan entah apalah
yang dia kerjakan di kantor setiap hari sampai jam sepuluh
malam itu. Seluruh waktu luang Denise didedikasikan untuk
menyelamatkan pernikahannya. Oh, I didn’t tell you Denise is
married, did I? Denise sudah menikah sejak awal-awal kami
kembali ke Jakarta setelah dua tahun di daerah antah beran-
tah itu. Jadi kenapa Ruly masih tergila-gila pada perempuan
satu itu? Beats me. Mungkin karena mereka sudah berteman
sejak kuliah? Mungkin karena Ruly sebenarnya telah mencin-
98
tai Denise sejak zaman masih di Boston dulu? Mungkin bagi
Ruly, Denise yang sangat feminin, santun, dan kemanja-manja-
an itu adalah satu-satunya sosok perempuan sempurna? Atau
Ruly memang sudah menempatkan dirinya sebagai malaikat
pelindung Denise sejak dulu, sehingga ketika Denise datang
menangis padanya karena suaminya—yang tinggal di kota
berbeda karena pekerjaan mereka—selingkuh, Ruly menyam-
but dengan tangan terbuka?
I’m just tired with the whole Ruly-Denise drama. And sick of
Harris’ sick joke that he’s playing with my life. Jadi tiga bulan
terakhir ini aku memilih menyibukkan diriku sendiri dengan
apa saja kecuali memikirkan mereka. Menenggelamkan diri di
kantor, to my boss’ surprise. Belum pernah kali ya seumur hi-
dupnya dia melihatku jam sembilan masih berkutat di meja
mengerjakan presentasi. Betah menemaninya ngobrol sejam
membahas strategi divisi kami. Actually contributing my
Isi-antologi.indd 98 7/29/2011 2:15:19 PM