Page 103 - PDF Compressor
P. 103

”Keara.”
                  Yeah, what kind of trouble, you might wonder? Trouble in the
                form of a perfectly good looking man. I’m so shallow, I know.
                  ”Bentar ya, gue sama Panji nurunin barang dulu dari mo-
                bil,” Panca mengajak adiknya berlalu.
                  ”Nyet,” aku mengikuti mereka dengan pandangan mataku.
                  ”Ya?”
                  ”Yang itu nggak bakal bikin ruang kepala gue habis karena
                mikirin dia, kan?”
                  Dinda menoleh ke arahku, wajahnya sedikit kaget namun
                langsung tertawa begitu menangkap senyuman nakalku. ”Gila
                lo, ya.”
                  ”I’m sorry, lo kan tahu kelemahan gue,” aku balas tertawa.
                  ”Ehm, sekadar pernyataan disclaimer gue di depan ya, Panji
                itu punya reputasi player. Notoriously.”                   101
                  ”Nggak pa-pa deh, gue lagi perlu dimain-mainin biar bisa
                lupa sekalian sama si Ruly.”
                  Sahabatku  itu  kembali  tertawa,  menghabiskan  wine-nya.
                ”Okay, don’t say I didn’t warn you, ya.”
                  ”Kerjanya apa?”
                  ”Ngurusin perusahaan bapaknya, secara laki gue lebih milih
                jadi arsitek daripada berurusan sama bisnis.”
                  Dan aku melempar senyum ke arah Panji yang saat ini me-
                mamerkan gigi-gigi putihnya ke arahku dari balik pintu kaca
                patio ini.



















        Isi-antologi.indd   101                                      7/29/2011   2:15:19 PM
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108