Page 107 - PDF Compressor
P. 107

sambil bilang, ”Dingin banget ya anginnya, Ji?” That’s what I’m
                here for, baby! Tapi apa yang terjadi waktu itu? Baru gue akan
                membalas pelukannya dengan meraba balik dan menciumnya,
                dia  melepaskan  pelukan. ”Motret  lagi  ya,  mataharinya  udah
                mau habis,” celetuknya dan langsung sibuk dengan kameranya,
                memotret para pemetik teh. What the fuck? Malamnya, sete-
                lah kami makan batagor Kingsley yang katanya diidam-idam-
                kannya  sejak  di  Jakarta,  gue  sangka  kami  bakal  you  know
                what. Apaan, adanya dia memegang tangan gue dan menatap
                manja, ”Ji, elo capek nggak? Kita langsung pulang ke Jakarta
                aja yuk, males nginep di sini. Gue pengen tidur di tempat ti-
                dur gue sendiri. Nggak pa-pa ya, Ji?” Oke, gue turutin. Sepan-
                jang  dua  setengah  jam  perjalanan  balik  dari  Bandung  dia
                nggak tidur padahal gue tahu matanya udah ngantuk banget.
                Dia malah cerita macam-macam, tertawa pada dirty jokes gue.   105
                Membiarkan  gua  memegang  tangannya.  Seharian  itu  sudah
                cukup  disebut  foreplay,  kan?  Wrong.  Begitu  tiba  di  parkiran
                apartemennya,  dia  cuma  mencium  pipi  gue,  mengucapkan
                terima  kasih,  dan  keluar  dari  mobil.  Masuk  ke  gedungnya.
                Gue  cuma  bisa  bengong.  Damn,  woman,  you’re  a  clear  cut
                definition of a cock tease.
                  Yeah,  kayaknya  lebih  mungkin  gue  tidur  dengan  Marsha
                Timothy daripada perempuan satu ini. Tapi mungkin itu juga
                yang bikin gue tetap betah memainkan this flirting game. Ma-
                lam  ini,  di  Social  House  ini,  kencan  kedua  belas  gue  dan
                dia—oh yeah, gue memang menghitung, untuk memastikan di
                kencan  keberapa  gue  akhirnya  bisa  membuat  dia  bertekuk
                lutut, literally.
                  I’m bad, I know, but this Keara woman is bad also. Jangan
                sebut  gue  Panji  Wardhana  kalau  malam  ini  gue  nggak  bisa
                mendapatkan dia.







        Isi-antologi.indd   105                                      7/29/2011   2:15:19 PM
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112