Page 106 - PDF Compressor
P. 106
gelengkan kepala dan berujar, ”Nakal lo, ya.” Sama jelasnya
ketika aku mengulurkan tangan untuk menyuapinya dengan
sebutir stroberi dan aku membiarkannya mencium jariku.
And I know it kills him that I haven’t let him kiss me in the
lips yet.
But hey, semuanya untuk permainan yang sedang kami
mainkan ini, kan?
Aku sadar Dinda telah mengibarkan bendera peringatan
bahwa laki-laki bernama Panji Wardhana di depanku ini, yang
sedang menyuapkan potongan rib ke mulutku ini, adalah
player sejati. I just wanna see how much I can play him back.
Jangan tanya kenapa.
P a n j i
104
Ngapain gue sebenarnya dengan Keara, ya? Tujuh minggu,
belasan kali jalan bareng, dan gue belum dapat apa-apa. Ini
sinting sebenarnya. Nggak seharusnya gue sebetah ini.
Breaking my third date rule. Apa itu third date rule? Paling te-
lat kencan ketiga, dengan perempuan mana pun yang berun-
tung gue ajak jalan, gue harus dapat semuanya. Dengan
Keara? Sinting, bibirnya aja gue belum dapat. Perempuan ini
maunya apa sebenarnya? She’s flirting with me, shamelessly I
might add, all the time. Dan gue balas balik. Dan dia balas
balik lagi. Meraba-raba gue, memegang tangan gue. Apa itu
namanya kalau bukan flirting? Mengajak gue ke Bandung,
yang gue jabanin tapi dia malah sibuk motret-motret di ke-
bun teh. Cewek ngajak gue ke Bandung nggak mungkin nggak
kepingin ngapa-ngapain malamnya, kan? Apalagi di tengah-te-
ngah kebun teh itu dia tiba-tiba memeluk gue, erat banget
Isi-antologi.indd 104 7/29/2011 2:15:19 PM