Page 65 - Buku Guru Ebook
P. 65

MENGAJAR DAN PANDEMI



                       Mengajar adalah pengalaman paling berharga selama hidup saya. Mengajar tidak
               hanya sekedar memberikan ilmu yang kita miliki kepada siswa. Lebih dari itu. Banyak hal

               yang  bisa  kita  dapat  dari  mengajar.  Bagi  saya,  berkat  mengajar  lah  saya  jadi  belajar

               mengenai  banyak  hal.  Belajar  bagaimana  berkomunikasi  dengan  baik,  belajar
               menghargai perasaan orang lain, dan juga  belajar memanusiakan manusia. Dulu saya

               berpikir yang namanya mengajar hanya bisa dilakukan di kelas, dengan buku, catatan dan
               papan  tulis.  Namun,  pengalaman  mengajar  di  Yasporbi  telah  membuka  mata  saya.

               Mengajar itu tentang bagaimana kita bertukar ide, bertukar pikiran, dan juga berbagi

               pengetahuan. Mengajar tidak hanya dilakukan oleh guru, bahkan murid-murid saya telah
               membuktikan bahwa mereka-lah guru terbaik yang bisa saya dapatkan. Mengajar bisa

               dilakukan di mana saja. Di taman bermain, di museum, di kebun binatang bahkan melalui

               obrolan-obrolan ringan di kantin sekolah. Lewat mengajar, saya juga belajar bahwa ilmu
               yang kita miliki akan mudah diterima melalui tatapan mata yang tulus, intonasi yang

               lembut,  genggaman  tangan  yang  menguatkan  dan  pelukan  yang  menghibur.  Namun,

               bagaimana dengan mengajar di saat pandemi?


                       Maret  2020  adalah  permulaan  di  mana  dunia  pendidikan  beradaptasi  dengan

               dunia baru. Virus corona memaksa kami untuk berjuang mengajar dengan metode yang
               tidak dapat kami  bayangkan sebelumnya. Kami dipaksa untuk menjadi  akrab dengan

               teknologi, mempelajari banyak hal baru dan merombak ulang rencana-rencana bermain

               bersama di sekolah. Sedih memang. Berat. Bohong kalau keluhan tidak pernah meluncur
               dari mulut kami. Gerbang depan yang biasanya bersinar dengan wajah ceria anak-anak

               saat tiba di sekolah, kini sepi. Locker tempat mereka menyimpan buku-buku dan alat
               tulis, kini berdebu tak tersentuh. Sungguh terasa suasana yang berbeda ketika kami harus

               datang mengajar dari sekolah sementara anak-anak berada di rumah. Tidak dapat lagi

               tertawa bersama anak-anak sambil menikmati jajanan favorit kami, bakwan malang, di
               kantin sekolah, membuat semangat kami sempat menurun drastis. Namun, mengingat

               tujuan awal, yaitu mewujudkan mimpi anak-anak, kami segera bangkit. Kami tahu bahwa

               kami harus bangkit. Tersenyum menyapa layar setiap pagi kini menjadi rutinitas sehari-
               hari.

               “Hi, guys. How’s your weekend? Kalian di rumah aja kan?”





                                                                                                                  61
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70