Page 15 - Sastra Anak
P. 15
'Agil, kami perlu wasit, sini gabung.'' Suara Dika, teman paling
akrabnya di kelas menghentikan lamunanya. ''Ayo Agil, kamu kan
bisa jadi wasit, kita mau bermain three-on-three antartim,'' tambah
Kamal. ''Ayo Agil, bantu teman-temanmu.'' Suara Pak Gunawan yang
membuat Agil tak bisa lagi menolak.
Perlahan dia berdiri dan melangkah menuju ke setengah lapangan
yang akan digunakan untuk permainan. Dia menghampiri Pak
Gunawan dan mengambil pluit. “Ayo, kamu bagus dalam teori,
buktikan kemampuanmu untuk menjadi wasit.” Pak Gunawan melecut
semangat Agil.
Permainan dimulai dan untuk pertama kalinya Agil dapat bergabung
bersama teman-temannya. “Priiiiiiit” Agil meniup pluit untuk memulai
pertandingan. “Priiiit” Agil meniup lagi pluit dengan keras ketika bola
yang dilempar temannya masuk ke dalam basket. “1:0 untuk tim A.''
Suara Agil terdengar bersemangat dan nyaring. Murid-murid lain
yang menonton pertandingan bertepuk tangan dan bersorak
menyemangati timnya. “Agil kamu kereeen.” Suara Tika, Puteri, dan
Nana yang membuat Agil bertambah semangat.
Lapangan menjadi bertambah ramai. Bu Siska masih duduk di bangku
di pinggir lapangan. Pandangannya tertuju pada sosok Agil yang
terlihat percaya diri memimpin pertandingan antartim di kelasnya.
Perasaan senang tampak pada wajah guru yang bersahaja ini. Idenya
yang disampaikan kepada Pak Gunawan agar menyertakan Agil
dalam permainan bola basket berhasil. Dia juga begitu bangga
kepada murid-murid lain teman sekelas Agil. Mereka perduli, mereka
tidak diam saja, dan mereka mencoba mengajak Agil untuk bersama-
sama.
12