Page 14 - Sastra Anak
P. 14
Sudah menjadi kebiasaan bu Siska di waktu senggangnya
untuk berkeliling sekolah. Tidak jarang Bu Siska menghampiri
murid-muridnya sekadar menyapa atau mengajak bercakap-
cakap. Ada saja yang ditanyakan olehnya, tentang kegiatan
di rumah, tentang orang tua, tentang kegiatan di sekolah,
bahkan tentang kebiasaan-kebiasaan setiap muridnya dalam
memanfaatkan waktu.
Agil tak luput dari perhatiannya, meski Agil cenderung tidak
begitu antusias untuk berbincang, bu Siska tidak pernah
bosan menyapanya. ''Agil suka bola basket?'' tanya bu Siska.
Agil belum mampu untuk berucap. Hatinya masih merasa
diperlakukan tidak adil dengan duduk di pinggir lapangan
sepenjang jam pelajaran olah raga. Agil hanya menggeleng
kepalanya dengan wajahnya yang menunduk.
''Oh ya, tidak apa-apa jika Agil tidak suka.'' Lanjut bu Siska.
''Agil semua anak itu istimewa. Setiap anak, siapapun dia,
memiliki kelebihan juga kekurangan. Jadi tunjukkanlah
kelebihan itu.
Jika suka,
jangan ragu, Agil
bisa turut
bermain dengan
teman-teman,
bisa berprestasi,
bisa aktif tanpa
harus berlari-lari, tanpa harus melompat-lompat seperti
mereka.'' Kata Bu Siska mencoba meyakinkan diri Agil.
Sejenak Agil terdiam, dia mulai memikirkan ucapan Bu Siska.
Dalam hatinya muncul keinginan untuk bisa bergabung
dengan teman-temannya.
11