Page 12 - Sastra Anak
P. 12
Seperti hari Rabu sebelumnya, Agil hanya duduk di pinggir
lapangan memperhatikan teman-temannya yang berlarian
sambil memainkan bola, mengikuti perintah dan arahan Pak
Gunawan, guru olah raga mereka. Olah raga pagi ini
berhubungan dengan gerakan-gerakan pada permainan bola
basket. Para murid harus melakukan berbagai gerakan
secara bergantia, seperti shoot, dribble, bounce ass, dan
chest pass. Senyum dan tawa para murid mengiringi latihan
gerakan-gerakan ini. Pujian dan candaan juga terlontar saat
gerakan tertentu selesai dilakukan. Semua murid terlihat
begitu senang. Sesekali mereka bertepuk tangan ketika ada
di antara temannya berhasil memasukkan bola ke ring.
Sesekali juga mereka tertawa riang ketika ada temannya
melakukan gerakan aneh saat melempar bola. Agil menarik
napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan.
Dalam hatinya muncul rasa jengkel. Dalam perasaannya
muncul berbagai keluhan. “Mengapa aku tidak bisa seperti
mereka, bergerak bebas, dan bermain dengan senang?”
Gerutunya dalam hati. “Mengapa juga Pak Gunawan
menyuruhku duduk di pinggir lapangan?” protes Agil dalam
hatinya pada perintah guru tersebut. Agil sebenarnya ingin
menolak perintah tersebut yang selalu mengharuskannya
duduk di tepi lapangan setiap kali melaksanakan praktik olah
raga.
9