Page 198 - bahan materi film sejarah berita proklamasi kemerdekaan di Indonesia
P. 198

BAHAN MATERI FILM SEJARAH





              Osamu Seirei merupakan kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia
              mempunyai 2 (dua) prioritas yaitu menghapuskan pengaruh-pengaruh

              barat dan memobilisasikan mereka demi kemenangan Jepang. Pada
              masa penjajahan Jepang, semua nama berbahasa Belanda diubah dengan
              nama berbahasa Jepang. Gemeente Surabaya diubah namanya menjadi

              Surabaya Shi.  Adapun jabatan burgemeester diubah namanya menjadi
              Shityo. Takahashi Ichiro adalah pejabat Surabaya Shityo, adapun wakilnya
              (Fukushuchokan) adalah Rajamin Nasution. Selain dibantu oleh seorang
              wakil, Surabaya Shityo juga dibantu oleh seorang wedana (guntyo) dan
              lima orang asisten wedana (kutyo). Dengan struktur yang demikian maka

              terjadi pembagian tugas, yaitu pekerjaan mengenai tugas pemerintah
              pusat di Kota Surabaya dijalankan atas nama Shityo oleh Wedana beserta
              stafnya. Sedangkan urusan ekonomi diurus oleh Badan Pengurus Harian

              yang diketuai oleh Rajamin Nasution. Selain mengubah nama gemeente,
              pemerintah penjajahan Jepang juga menghapus lembaga perwakilan di Kota
              Surabaya yang sebelumnya bernama gemeenteraad. Penghapusan lembaga
              gemeenteraad menunjukkan bahwa pemerintahan kota pada periode
              penjajahan Jepang dijalankan secara dikatorial militeristik tanpa lembaga

              pengontrol.
                    Pada bulan Agustus 1942, muncul pengumuman tentang pengaktifan
              kembali pemerintahan sipil yang setingkat keresidenan yang bernama

              Surabaya Shu. Wilayah administratif Surabaya Shu dikepalai oleh Shutyo.
              Munculnya pemerintahan baru, baik Shi maupun Shu telah menghapus
              tumpang tindih antara pemerintahan tradisional dan pemerintahan Barat
              sebagaimana terjadi pada masa penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan
              Jepang, semua sistem pemerintahan diubah menjadi sistem pemerintahan

              khas Jepang yang dikepalai oleh orang-orang Jepang. Kalaupun ada warga
              Indonesia yang terlibat dalam sistem pemerintahan tersebut, mereka
              menduduki jabatan yang tidak strategis.




              198
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203